Kompas TV regional peristiwa

Jawa Tengah Masuki Musim Hujan Lebih Cepat, Beberapa Daerah Mulai September 2022

Kompas.tv - 3 September 2022, 11:59 WIB
jawa-tengah-masuki-musim-hujan-lebih-cepat-beberapa-daerah-mulai-september-2022
Ilustrasi. Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) diprediksi akan memasuki musim hujan lebih cepat dari waktu normalnya. (Sumber: Tribunnews.com)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Edy A. Putra

SEMARANG, KOMPAS.TV – Wilayah Provinsi Jawa Tengah diprediksi akan memasuki musim hujan lebih cepat dari waktu normalnya.

Hal itu berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah Sukasno dalam siaran pers di Semarang, Sabtu (3/9/2022), menyebut perkiraan majunya awal musim hujan antarasatu hingga tiga dasarian.

"Awal musim hujan 2022 diprakirakan maju satu hingga tiga dasarian," tuturnya, dikutip Antara.

Menurutnya, kondisi fisis serta dinamika atmosfer regional dan global yang sedang berlangsung dapat memengaruhi kondisi iklim Jawa Tengah.

Ia menambahkan, secara umum wilayah Jawa Tengah akan mulai memasuki musim hujan pada Oktober 2022.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini, 19 Wilayah Diprediksi Hujan Lebat, Ada di Mana Saja?

Ia juga menyebut, ada beberapa daerah yang awal musim hujannya terjadi pada September 2022.

Daerah ini meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Cilacap serta Brebes.

"Sifat musim hujan 2022 diprakirakan normal," katanya.

Sementara puncak musim hujan, lanjut dia, diprakirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2023.

Ia menuturkan lamanya periode musim hujan 2022 berkisar antara 4,5 hingga 9 bulan.

Sebelumnya diberitakan Kompas TV, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, hujan terkadang turun saat musim kemarau.

Fenomena ini disebabkan karena aktifnya fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan, termasuk La Nina pada bulan Juli yang masih aktif.

Meski tergolong dalam kategori lemah, La Nina ini menyebabkan curah hujan masih ada sehingga turun hujan di musim kemarau.

“Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia,” kata Guswanto, Sabtu, 16 Juli 2022, dikutip Antara.

Selain La Nina, ada pula fenomena Dipole Mode di Samudra Hindia yang masih berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian barat.

Dalam skala regional, beberapa fenomena gelombang atmosfer yang berperan meningkatkan curah hujan, di antaranya MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

Baca Juga: Hujan Deras Akibatkan Longsor Dan Jalan Terputus, Tiga Desa Terisolasi

“Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut,” jelas Guswanto.

“Didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," lanjutnya.



Sumber : Antara



BERITA LAINNYA



Close Ads x