Kompas TV regional bali nusa tenggara

Meriah! Pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan NTB, Emak-Emak dan Turis Asing Tak Ketinggalan

Kompas.tv - 17 Agustus 2023, 22:09 WIB
meriah-pawai-17-agustusan-di-gili-trawangan-ntb-emak-emak-dan-turis-asing-tak-ketinggalan
Iring-iringan pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (17/8/2023) sore. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Deni Muliya

Di antara para peserta pawai, terselip sosok gadis pirang dalam balutan kain dan selendang tradisional Sasak.

Bersama gadis-gadis warga lokal, Larissa si gadis pirang tak sungkan turut berjoget mengikuti irama Gendang Beleq. 

Tiba di Gili Trawangan sehari sebelumnya, Larissa rupanya penasaran saat menyaksikan sejumlah gadis seusianya di homestay tempatnya menginap tengah berdandan demi bersiap mengikuti pawai 17 Agustusan sebelumnya.

Ia lalu spontan mengiyakan ajakan gadis-gadis itu untuk ikut serta dalam pawai. 

“Benar-benar seru! Semua orang senang, saya juga sangat menikmati ini,” ujar gadis asal Jerman itu kepada Kompas.tv, Kamis (17/8).

Larissa, wisatawan asal Jerman, tak ketinggalan ikut serta dalam kemeriahan pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (17/8/2023). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Larissa pun dipinjami kain dan selendang tenun Sasak sebagai kostum pawai.

“Mereka bahkan meminjamkan saya selendang ini, katanya bagus untuk pawai ini. Dan iya, saya sangat menikmati ini. Benar-benar asyik!” tuturnya.

Hal serupa diamini Rohini. Meski capek karena harus berjalan kaki mengikuti iring-iringan pawai, perempuan 29 tahun ini mengaku bahagia.

“Seneng banget, tapi capeknya juga luar biasa. Seneng karena musiknya bagus, kita bisa rame-rame sambil bawa anak juga. Banyak teman,”ujarnya.

Bergabung dalam barisan emak-emak, Rohini juga turut berjoget heboh menuruti irama kecimol, kesenian khas Lombok, yang menutup barisan pawai. 

“Mungkin juga karena capek di rumah, (berjoget) menghilangkan stres,” imbuhnya, tersenyum.

Menikmati kemeriahan pawai sekaligus berpartisipasi di dalamnya juga dilakoni Ni Wayan Sri Murti.

Dengan mengenakan baju adat Sasak, perempuan paruh baya itu turut dalam iring-iringan pawai.

Sesekali ia menari mengikuti alunan irama gendang beleq.

Berkecimpung di dunia pendidikan, ia mengaku menikmati arti kemerdekaan.

“Kemerdekaan itu sangat berarti, sangat membuat kita bebas berbuat. Dulu perempuan tidak bebas sekolah, sekarang sudah bisa sekolah,” ujar Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Gili Indah di Gili Trawangan itu.

“Merdeka, bisa mengeluarkan pendapat dengan bebas. Apa pun pendapat kita, bisa didengar dan disampaikan ke pemerintah pusat. Tidak seperti dulu, tidak bebas ngomong,” katanya.


Ni Wayan Sri Murti berharap, dengan kemerdekaan RI, pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan di Tanah Air, terutama di daerah pelosok.

“Kalau dunia pendidikan, harapan kami adalah bagaimana pemerintah itu benar-benar menghiraukan pendidikan khususnya, dengan benar-benar memberikan fasilitas yang bagus untuk sekolah-sekolah,” pungkasnya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x