Kompas TV regional bali nusa tenggara

Meriah! Pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan NTB, Emak-Emak dan Turis Asing Tak Ketinggalan

Kompas.tv - 17 Agustus 2023, 22:09 WIB
meriah-pawai-17-agustusan-di-gili-trawangan-ntb-emak-emak-dan-turis-asing-tak-ketinggalan
Iring-iringan pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (17/8/2023) sore. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Deni Muliya

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Meriah dan sumringah. Dua kata ini menggambarkan pawai 17 Agustusan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-78 RI di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis sore (17/8/2023).

Ratusan pelajar usia mulai dari balita, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas turun ke jalan untuk memeriahkan pawai 17 Agustus.

Bocah-bocah cilik usia balita tampil dalam balutan kebaya, baju adat Sasak, atau kostum tentara dan perawat.

Sebagian berjalan digandeng ibu masing-masing yang berdandan pula ala 17 Agustusan. 

Pelajar usia sekolah dasar juga tampil mengenakan baju daerah maupun kostum profesi. 

Sementara murid sekolah menengah berbaris menjadi pasukan pengibar bendera. 

Baca Juga: Mandi Safar Gili Trawangan, Tradisi Tahunan Tolak Bala demi Bangkitkan Pariwisata usai Pandemi

Puluhan warga setempat, terutama emak-emak, pun tak mau ketinggalan.

Mereka berdandan necis dalam balutan kebaya atau baju adat Sasak.

Sebagian yang lain, tampil dalam balutan kebaya merah dan kain.

Sedangkan lainnya kompak mengenakan seragam keseharian emak-emak: daster, lengkap dengan perabotan dapur macam panci, wadah plastik, sendok dan sutil untuk menabuh genderang panci dapur. 

Para pemain Gendang Beleq, kesenian tradisional khas Lombok, mempertunjukkan keahlian mereka dalam pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (17/8/2023). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Rombongan pemain musik Gendang Beleq, kesenian tradisional Lombok, membuka arak-arakan pawai di bagian depan di ruas jalan utama pantai timur Gili Trawangan selepas asar. 

Riuh tetabuhan gendang yang memekakkan telinga segera saja mengundang perhatian turis, para pekerja pariwisata, juga warga setempat.

Semua seperti berhenti dari aktivitas masing-masing demi menyaksikan arak-arakan pawai 17 Agustusan yang meriah, melintas. 

Wisatawan yang didominasi turis asing sigap mengabadikan momen setahun sekali ini lewat ponsel dan kamera mereka.

Semua sumringah menyaksikan kemeriahan pawai 17 Agustusan. 

Baca Juga: Di Gili Trawangan, Gerhana Matahari Hibrida Jadi Tontonan Turis Asing

Di antara para peserta pawai, terselip sosok gadis pirang dalam balutan kain dan selendang tradisional Sasak.

Bersama gadis-gadis warga lokal, Larissa si gadis pirang tak sungkan turut berjoget mengikuti irama Gendang Beleq. 

Tiba di Gili Trawangan sehari sebelumnya, Larissa rupanya penasaran saat menyaksikan sejumlah gadis seusianya di homestay tempatnya menginap tengah berdandan demi bersiap mengikuti pawai 17 Agustusan sebelumnya.

Ia lalu spontan mengiyakan ajakan gadis-gadis itu untuk ikut serta dalam pawai. 

“Benar-benar seru! Semua orang senang, saya juga sangat menikmati ini,” ujar gadis asal Jerman itu kepada Kompas.tv, Kamis (17/8).

Larissa, wisatawan asal Jerman, tak ketinggalan ikut serta dalam kemeriahan pawai 17 Agustusan di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (17/8/2023). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Larissa pun dipinjami kain dan selendang tenun Sasak sebagai kostum pawai.

“Mereka bahkan meminjamkan saya selendang ini, katanya bagus untuk pawai ini. Dan iya, saya sangat menikmati ini. Benar-benar asyik!” tuturnya.

Hal serupa diamini Rohini. Meski capek karena harus berjalan kaki mengikuti iring-iringan pawai, perempuan 29 tahun ini mengaku bahagia.

“Seneng banget, tapi capeknya juga luar biasa. Seneng karena musiknya bagus, kita bisa rame-rame sambil bawa anak juga. Banyak teman,”ujarnya.

Bergabung dalam barisan emak-emak, Rohini juga turut berjoget heboh menuruti irama kecimol, kesenian khas Lombok, yang menutup barisan pawai. 

“Mungkin juga karena capek di rumah, (berjoget) menghilangkan stres,” imbuhnya, tersenyum.

Menikmati kemeriahan pawai sekaligus berpartisipasi di dalamnya juga dilakoni Ni Wayan Sri Murti.

Dengan mengenakan baju adat Sasak, perempuan paruh baya itu turut dalam iring-iringan pawai.

Sesekali ia menari mengikuti alunan irama gendang beleq.

Berkecimpung di dunia pendidikan, ia mengaku menikmati arti kemerdekaan.

“Kemerdekaan itu sangat berarti, sangat membuat kita bebas berbuat. Dulu perempuan tidak bebas sekolah, sekarang sudah bisa sekolah,” ujar Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Gili Indah di Gili Trawangan itu.

“Merdeka, bisa mengeluarkan pendapat dengan bebas. Apa pun pendapat kita, bisa didengar dan disampaikan ke pemerintah pusat. Tidak seperti dulu, tidak bebas ngomong,” katanya.


Ni Wayan Sri Murti berharap, dengan kemerdekaan RI, pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan di Tanah Air, terutama di daerah pelosok.

“Kalau dunia pendidikan, harapan kami adalah bagaimana pemerintah itu benar-benar menghiraukan pendidikan khususnya, dengan benar-benar memberikan fasilitas yang bagus untuk sekolah-sekolah,” pungkasnya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x