Kompas TV regional jawa timur

Kata Dinkes soal Kepala Bayi Putus Tertinggal di Rahim: Sudah Meninggal 2 Minggu, Terjadi Maserasi

Kompas.tv - 12 Maret 2024, 15:13 WIB
kata-dinkes-soal-kepala-bayi-putus-tertinggal-di-rahim-sudah-meninggal-2-minggu-terjadi-maserasi
Ilustrasi bayi. (Sumber: Shutterstock.com)
Penulis : Tito Dirhantoro | Editor : Vyara Lestari

Saat disinggung terkait kepala bayi yang putus hingga tertinggal dalam rahim, Nur menjelaskan hal itu terjadi setelah proses bokong bayi yang kemudian dilanjutkan dengan bahu yang keluar.

“Nah, di situlah lepas (kepala) karena, maaf, perkiraan kami sudah dua minggu meninggal dunia di dalam kandungan. Terjadi maserasi atau kulit-kulit sudah mengelupas dan (tubuh) rapuh,” kata Nur Chotibah merujuk perubahan degenerasi yang menyebabkan perubahan warna, pelunakan jaringan, dan disintegrasi janin yang telah mati ketika masih dalam rahim.


Sebelumnya, seorang ibu bernama Mukarromah mengalami peristiwa pilu karena kepala bayi yang dikandungnya putus dan tertinggal di dalam rahimnya saat hendak melahirkan.

Baca Juga: Ibu Bayi Diduga Korban Malapraktik Persalinan Buka Suara Kronologi Kejadian

Mukarromah menceritakan detik-detik ketika dirinya hendak melahirkan namun kepala bayinya mengalami putus.

Berawal saat dirinya ingin meminta rujukan kepada bidan yang berada dekat tempat tinggalnya agar bisa melahirkan dengan cara operasi di rumah sakit.

"Waktu itu datang ke bidan kampung, sama bidan kampung saya disuruh minta rujukan karena kondisi bayi sungsang dan lemah,” kata Mukarromah dalam keterangannya yang dikutip dari Tribunnews.com.

“Waktu sampai di puskesmas, saya bilang mau melahirkan operasi di Bangkalan, saya minta rujukan.”

Alih-alih segera diberikan rujukan, kata Mukarromah, bidan di puskesmas tersebut malah membawa dirinya ke sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk persalinan. Lalu, Mukarromah menyebut, bidan di puskesmas itu tidak segera memberikan penanganan.  

Mukarromah karena itu mengaku sampai harus menanyakan kembali  mengenai surat rujukan yang dimintanya. Namun, kata dia, bidan tersebut justru menelepon dokter di Bangkalan.

"Iya bu sebentar, ibu mau diperiksa dulu. Saya mau telepon dokter Bangkalan dulu, saya mau (menghubungi via) WA," ucap Mukarromah menirukan ucapan sang bidan.

Tak lama kemudian, datanglah bidan lain bernama Mega yang mengatakan bahwa Mukarromah telah mengalami bukaan empat. Karenanya, bidan Mega menyarankan Mukarromah melahirkan di puskesmas saja.

Baca Juga: Kronologi Penangkapan Pembeli dan Ibu yang Tega Jual Bayi Kandung di Sumut

"Pas saya disuruh ngeden, belum dikasih apa-apa, belum disuntik, setelah agak lama saya dikasih suntikan pendorong, terus disuruh ngeden lagi, terus saya enggak kuat," tuturnya.

Tak disangka, proses persalinan di puskesmas itu justru membuat kepala bayi yang dikandung Mukarromah putus dan tertinggal di dalam rahimnya.

"Waktu itu ditarik saya enggak tahu. Soal dipotong apa enggak, saya juga enggak tahu. Saya melihat bidannya pegang gunting, perut saya ditekan dan didorong,” ujar Mukarromah.

Akibat peristiwa itu, Mukaromah menuturkan, ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Glamour Husada, Bengloa, Tanjung Jati, Bangkalan untuk dilakukan operasi pengeluaran kepala bayi yang tertinggal di rahimnya.

 




Sumber : Tribunnews.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x