KOMPAS.TV - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berencana akan melakukan aksi korporasi yakni dengan memecah nilai nominal saham (stock split).
Emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan memecah nilai saham dengan rasio 1:5.
Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham.
Sedangkan nilai nominal saham akan berubah dari Rp 62,5 per saham menjadi Rp 12,5 per saham.
Dalam keterbukaan informasi di laman BEI, Jumat (30/7), manajemen BCA menyebut stock split ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham BCA di Bursa Efek Indonesia dan harga saham BBCA menjadi lebih terjangkau bagi para investor ritel, termasuk demografi investor muda.
Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis mengatakan stock split ini bisa mendongkrak kinerja saham BCA ke depannya.
Dengan harga per lembar saham yang lebih rendah, tentu saham BCA akan lebih terjangkau untuk kalangan investor individual.
Dengan harga saham BBCA yang telah merosot sekitar 11,82% secara year-to-date (ytd), Ivan menilai stock split ini bisa menjadi suatu katalis positif untuk saham BCA yang bisa dikoleksi oleh investor ritel. Secara teknikal, untuk saat ini saham BCA memang masih bergerak sideways antara rentang support Rp 29.700 dan resistance Rp 30.900.
Senior Analis Invofesta Utama, Praska Putrantyo juga menyebut penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dinilai bisa berdampak pada prospek BCA.
Pasalnya, kondisi PKM level 4 saat ini berisiko untuk menurunkan kualitas aset.
Apabila kebijakan PPKM ini dapat segera dilonggarkan, maka dampaknya terhadap kualitas aset tidak akan terlalu signifikan.
Simak penjelasan selengkapnya mengenai rencana stock split BCA bersama Senior Analis Invofesta Utama, Praska Putrantyo dalam tayangan berikut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.