Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Sri Mulyani: 5 Perusahaan Terbaik di BEI Erat Kaitan Ekonomi Digital

Kompas.tv - 10 Oktober 2022, 13:58 WIB
sri-mulyani-5-perusahaan-terbaik-di-bei-erat-kaitan-ekonomi-digital
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Pembukaan Profesi Keuangan Expo 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (10/10/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan perusahaan keuangan seperti perbankan, telekomunikasi, dan e-commerce saat ini mendominasi kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hal itu ia sampaikan dalam Pembukaan Profesi Keuangan Expo 2022 yang digelar secara virtual.

"Lima terbaik dari perusahaan-perusahaan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teknologi dan dunia digital," kata Sri Mulyani seperti dikutip Antara, Senin (10/10/2022).

Sri Mulyani menilai, ekonomi digital sebenarnya bukan hanya identik dengan perusahaan rintisan alias startup dan e-commerce. Tetapi juga mencakup berbagai entitas yang sebelumnya sudah mapan dengan cara kerja konvensional dan kini beralih ke digital.

Perbankan misalnya. Meskipun sudah lama memberikan layanan berbasis internet, perusahaan keuangan tersebut tetap harus berinovasi dalam memberikan pelayanan melalui platform digital.

Baca Juga: Jokowi Sebut Ekonomi Digital Bisa Bawa RI Lolos dari Krisis Pangan hingga Krisis Kesehatan

Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, ekonomi digital adalah satu dari faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat nilai ekonomi industri digital di Indonesia pada 2021 bisa mencapai 70 miliar dolar AS.

"Angka ini bahkan akan diperkirakan meningkat mencapai 145 miliar dolar AS pada 2025," ujar Sri Mulyani.

Meski digitalisasi menghadirkan peluang dan membantu meningkatkan efisiensi serta kualitas, Menkeu tak menampik digitalisasi dan teknologi berpotensi menimbulkan risiko besar, distorsi, serta disrupsi.

Contohnya, risiko penggunaan big data yang memiliki syarat adanya perlindungan yang memadai dan kuat terhadap privasi, machine learning yang bisa menciptakan overheating dimana komputer mengambil keanehan dalam data yang tidak mewakili pola di dunia nyata, serta underheating dimana model tidak cukup kompleks menangkap pola yang ada dalam data dan realitas.

Baca Juga: Mark Zuckerberg Akan PHK 12.000 Karyawan, Tambah Lagi Perusahaan Teknologi Goyah karena Resesi




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x