Kompas TV internasional kompas dunia

Pemerintah India Setujui Vaksin Covid-19 AstraZeneca/Universitas Oxford dan Satu Vaksin Buatan Lokal

Kompas.tv - 3 Januari 2021, 20:57 WIB
pemerintah-india-setujui-vaksin-covid-19-astrazeneca-universitas-oxford-dan-satu-vaksin-buatan-lokal
Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo

Namun rencana tersebut menghadapi tantangan besar. India saat ini adalah negara dengan program vaksinasi terbesar di dunia, namun belum terlatih melakukan vaksinasi kepada orang dewasa sementar cakupan vaksinasi yang ada saat ini masih belum merata. 

Terlepas dari tantangan itu, dua vaksin yang sudah mendapat persetujuan tidak memerlukan fasilitas penyimpanan dan pengiriman bersuhu ultra-dingin seperti vaksin lainnya.

Baca Juga: Indonesia Pastikan Beli Masing-Masing 50 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari Pfizer dan AstraZeneca

Vaksin-vaksin buatan AstraZeneca dan buatan Bharat Biotech hanya perlu suhu lemari es standar, sehingga lebih masuk akal bagi kondisi negara tersebut. 

Walau Serum Institute of India tidak memiliki kesepakatan tertulis dengan pemerintah India, kepala eksekutif Serum Institute of India, Adar Poonawalla mengatakan, India akan menjadi prioritas dan akan menerima sebagian besar dari 50 juta dosis vaksin yang mereka miliki. 

Hasil studi sementara suntikan vaksin buatan Oxford-AstraZeneca pada hampir 24.000 orang di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan menunjukkan vaksin tersebut aman dan sekitar 70% efektif.

Itu tidak sebaik beberapa kandidat vaksin lainnya, dan ada juga kekhawatiran tentang seberapa baik vaksin tersebut akan melindungi orang lanjut usia.

Baca Juga: Hasil Penelitian: Vaksin Covid-19 Besutan Oxford University/AstraZeneca Efektif dan Aman

Vaksin lain yang dikembangkan Bharat Biotech, yang dikenal sebagai COVAXIN, dikembangkan bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan dibuat dengan metode virus tidak aktif (inactive virus).

Studi klinis awal menunjukkan vaksin tersebut tidak memiliki efek samping yang serius serta menghasilkan antibodi untuk COVID-19.

Tetapi uji klinis Bharat Biotech terlambat, dan baru dimulai pertengahan November. Suntikan kedua diberikan 28 hari setelah suntikan pertama, dan respon imun baru muncul dua minggu kemudian.

Kerangka waktu itu berarti tidak mungkin Bharat Biotech mengirimkan data yang menunjukkan suntikan vaksin mereka efektif dalam mencegah infeksi dari virus, kata Dr. Gagandeep Kang, pakar penyakit menular di Christian Medical College di Vellore.

Baca Juga: Jokowi: Vaksin AstraZeneca Akan Diterima Bulan April 2021

All India Drug Action Network, pengawas independen kesehatan masyarakat, mengeluarkan pernyataan yang menuntut transparansi yang lebih besar dari Bharat Biotech.

Kepala Pengendali Obat-Obatan India Dr. Venugopal G. Somani mengatakan bahwa "vaksin itu disimpulkan aman," tetapi menolak mengatakan apakah ada data tentang khasiat yang bisa dibagikan.

Kementerian Kesehatan India mengatakan, izin vaksin Covid-19 buatan Bharat Biotech diberikan hanya untuk penggunaan terbatas dalam konteks "kepentingan publik sebagai tindakan pencegahan dalam uji klinis, terutama dalam konteks infeksi oleh strain baru."

Tetapi Dr. Gagandeep Kang mengatakan bahwa klaim vaksin tersebut dapat membantu melawan varian mutan dari virus adalah "hipotesis" dan tanpa bukti apa pun.

Regulator India masih mempertimbangkan persetujuan untuk vaksin lain, termasuk yang dibuat oleh Pfizer dan BioNTech.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x