Kompas TV internasional kompas dunia

Dinilai Korbankan Muslim Uighur, Airbnb Diminta Batalkan Sponsor Pada Olimpiade Beijing Tahun Depan

Kompas.tv - 23 Maret 2021, 23:03 WIB
dinilai-korbankan-muslim-uighur-airbnb-diminta-batalkan-sponsor-pada-olimpiade-beijing-tahun-depan
CEO Airbnb Brian Chesky tampak dalam layar elektronik di situs pasar Nasdaq di New York, Amerika Serikat pada 10 Desember 2020. (Sumber: AP Photo / Mark Lennihan, File)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

Kelompok-kelompok HAM tengah berupaya menekan para sponsor KOI dan mendesak boikot diplomatik terhadap Olimpiade – bahkan hingga boikot keras – untuk menarik perhatian atas dugaan pelanggaran HAM terhadap kaum Uighur, Tibet dan warga Hong Kong.

Olimpiade Musim Dingin Beijing dijadwalkan dibuka pada 4 Februari 2022.

Baca Juga: Uni Eropa, AS, Inggris, Kanada Beri Sanksi Pada China Karena Pelanggaran HAM Pada Muslim Uighur

China menyatakan adanya motif-motif politis di balik upaya boikot. China juga mengklaim bahwa yang disebut dengan kamp-kamp penahanan di Xinjiang sesungguhnya merupakan pusat-pusat pelatihan kejuruan.

“China dengan tegas menolak politisasi olah raga dan menentang penggunaan isu HAM untuk mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada awal bulan ini.

Ia menambahkan, “Upaya boikot pasti akan gagal.”

Baca Juga: Muslim Uighur Dipaksa Makan Babi Setiap Hari Jumat saat Berada di Kamp Pendidikan Ulang Xinjiang

Kelompok-kelompok HAM tersebut telah bertemu dengan KOI, yang merespon dengan menyebut bahwa badan Olimpiade harus tetap netral secara politis. KOI juga menyatakan bahwa China telah memberikan jaminan terkait kondisi HAM di negara itu.

Para aktivis menyebut bahwa KOI telah menolak untuk mempublikasikan dokumen itu, sehingga mustahil untuk mengetahui apa saja yang dijanjikan China. Juga, apakah China akan tetap berpegang pada janjinya.

Mikaela Shiffrin, pemain ski peraih dua medali emas Olimpiade, mengungkapkan dilema yang dihadapi para atlet saat diwawancara CNN.

“Anda tentu saja tidak akan mau berada dalam posisi harus memilih antara hak asasi manusia seperti moralitas lawan kemampuan melakukan pekerjaanmu, yang di sisi lain dapat menjelaskan sejumlah masalah atau benar-benar dapat membawa harapan bagi dunia di waktu yang sangat sulit,” katanya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x