Morrar pun menunjuk lesunya perbatasan Karem Abu Salem kendati telah sepenuhnya dibuka. Menurutnya, perbatasan itu dapat dilewati 1.000 truk per hari, tetapi saat ini hanya ada sekitar 300 truk yang keluar-masuk.
"Sepertinya tidak akan ada yang berubah karena ini beroperasi dengan kapasitas yang sama sebelum perang," kata Morrar kepada Al Jazeera.
Analis ekonomi itu menyebut ekonomi Palestina memburuk karena perang 11 hari, tingginya angka pengangguran, pandemi Covid-19, dan ditangguhkannya uang bantuan dari Qatar.
"Tidak ada uang yang dipegang orang (Palestina) untuk membeli barang-barang yang mereka beli seperti sebelum perang," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan nelayan Palestina, Khaled Al-Habil. Meskipun zona tangkap ikan diperluas, nelayan itu mengaku kapalnya sudah tidak bisa melaut secara layak.
Untuk memperbaikinya pun mustahil karena suku cadang kapal itu tidak tersedia di Gaza. Blokade Israel-Mesir sejak 2007 membuat suku cadang dan barang-barang lain langka.
"Tidak ada dampaknya bagi kami," kata Khaled mengenai pelonggaran blokade Israel. "Karena kami tidak memiliki suku cadang yang dibutuhkan untuk perbaikan dan perawatan, kebanyakan kapal nelayan tidak akan bisa pergi jauh," imbuhnya.
Khaled memiliki kapal pukat yang sudah tidak beroperasi selama dua tahun. Menurutnya, kapal itu menyokong ekonomi 20 keluarga nelayan. Blokade Israel mempersulit ekonomi Khaled dan ribuan nelayan lain.
"Menangkap ikan adalah satu-satunya pekerjaan yang kami tahu, tetapi pendudukan (Israel) tidak membiarkan kami menjalani profesi dengan tenang. Stok langka perlengkapan (nelayan) dan tidak bisanya barang-barang itu masuk adalah hal yang seharusnya mereka (pemerintahan Israel) benahi," pungkas Khaled.
Baca Juga: Penangkapan Kembali Empat Tahanan yang Lolos dari Penjara Israel Dikecam Warga Palestina
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.