GAZA, KOMPAS.TV - Israel mengumumkan akan melonggarkan blokade Jalur Gaza mulai pekan ini. Kebijakan itu diambil setelah protes gencar warga Palestina beberapa pekan terakhir. Warga Palestina memprotes blokade ketat Israel yang memperburuk ekonomi mereka.
COGAT, lembaga militer Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil di daerah pendudukan, mengumumkan hal tersebut pada Rabu (8/9/2021).
Menanggapi protes yang marak, Israel membuat empat kebijakan demi meningkatkan ekonomi Palestina.
Israel memperluas zona tangkap ikan nelayan Gaza, menambah kuota pedagang yang boleh keluar-masuk Gaza, meningkatkan suplai air bersih, serta membuka secara penuh perbatasan Karem Abu Salem, perbatasan komersial utama bagi Jalur Gaza.
Pada Rabu (8/9) kemarin, suplai air ke Jalur Gaza ditambah hingga lima juta meter kubik. Kuota pedagang Gaza yang boleh lewat perbatasan Beit Hanoon pun ditambah hingga 7.000.
Israel juga memperluas zona tangkap ikan dari semula 15 mil laut dari sebelumnya 12 mil laut. Meskipun demikian, perluasan itu belum memenuhi Persetujuan Damai Oslo 1993 yang mewajibkan Israel membuka akses hingga 20 mil laut.
Baca Juga: Hamas Desak Semua Pihak Tekan Israel untuk Hentikan Blokade Jalur Gaza
Akan tetapi, pengamat menyebut bahwa tindakan Israel itu tidak akan berdampak banyak. Alasannya adalah sulitnya ekonomi Palestina akibat perang 11 hari pada Mei silam dan lesunya perdagangan karena blokade 14 tahun Israel.
Rabeh Morrar, direktur riset Palestine Economic Policy Research Institute (MAS), menyebut bahwa kebijakan Israel tidak menjanjikan kemajuan berarti bagi ekonomi Palestina.
Morrar pun menunjuk lesunya perbatasan Karem Abu Salem kendati telah sepenuhnya dibuka. Menurutnya, perbatasan itu dapat dilewati 1.000 truk per hari, tetapi saat ini hanya ada sekitar 300 truk yang keluar-masuk.
"Sepertinya tidak akan ada yang berubah karena ini beroperasi dengan kapasitas yang sama sebelum perang," kata Morrar kepada Al Jazeera.
Analis ekonomi itu menyebut ekonomi Palestina memburuk karena perang 11 hari, tingginya angka pengangguran, pandemi Covid-19, dan ditangguhkannya uang bantuan dari Qatar.
"Tidak ada uang yang dipegang orang (Palestina) untuk membeli barang-barang yang mereka beli seperti sebelum perang," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan nelayan Palestina, Khaled Al-Habil. Meskipun zona tangkap ikan diperluas, nelayan itu mengaku kapalnya sudah tidak bisa melaut secara layak.
Untuk memperbaikinya pun mustahil karena suku cadang kapal itu tidak tersedia di Gaza. Blokade Israel-Mesir sejak 2007 membuat suku cadang dan barang-barang lain langka.
"Tidak ada dampaknya bagi kami," kata Khaled mengenai pelonggaran blokade Israel. "Karena kami tidak memiliki suku cadang yang dibutuhkan untuk perbaikan dan perawatan, kebanyakan kapal nelayan tidak akan bisa pergi jauh," imbuhnya.
Khaled memiliki kapal pukat yang sudah tidak beroperasi selama dua tahun. Menurutnya, kapal itu menyokong ekonomi 20 keluarga nelayan. Blokade Israel mempersulit ekonomi Khaled dan ribuan nelayan lain.
"Menangkap ikan adalah satu-satunya pekerjaan yang kami tahu, tetapi pendudukan (Israel) tidak membiarkan kami menjalani profesi dengan tenang. Stok langka perlengkapan (nelayan) dan tidak bisanya barang-barang itu masuk adalah hal yang seharusnya mereka (pemerintahan Israel) benahi," pungkas Khaled.
Baca Juga: Penangkapan Kembali Empat Tahanan yang Lolos dari Penjara Israel Dikecam Warga Palestina
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.