BEIRUT, KOMPAS.TV - Pemerintah Lebanon kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Rabu (22/9/2021). Harga dinaikkan sejumlah 16 persen dan menjadi kenaikan kedua dalam lima hari terkini.
Langkah tersebut diambil pemerintah sebagai bagian kebijakan bertahap mengurangi subsidi. Lebanon menempuh kebijakan tersebut menyusul krisis ekonomi yang mendera sejak 2019 lalu.
Setelah kenaikan ini, warga mesti membayar sepuluh kali lipat untuk bensin dibanding harga sebelum krisis. Bensin beroktan 95 saat ini mesti ditebus seharga 10.120 lira atau sekitar Rp205 ribu per 20 liter.
Baca Juga: Insiden Ledakan Tangki BBM di Lebanon, 20 Orang Tewas
Krisis juga membuat mata uang Lebanon (lira atau paun Lebanon) terjun bebas. Selama 30 tahun terkini, nilai tukar lira ada di sekitar 1.500 per satu dolar AS. Kini, satu dolar AS bisa dipertukarkan dengan kurang-lebih 15.400 lira.
Naiknya bahan bakar menimbulkan antrian panjang di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU). Antrian tersebut juga menyebabkan kemacetan.
Melansir Associated Press, harga BBM yang melambung pun membuat banyak bisnis terpaksa tutup dan memengaruhi harga listrik.
Sebelumnya, bank sentral Lebanon mengaku bahwa mereka sudah tidak bisa menyubsidi pembelian bahan bakar yang menguras cadangan devisa.
Untuk mengatasi krisis, pemerintah Lebanon yang belum lama dibentuk hendak melakukan negosiasi ulang dengan International Monetary Fund (IMF) untuk mendapatkan paket pemulihan ekonomi.
Pemerintah sebelumnya dilaporkan gagal mencapai kesepakatan dengan IMF. Karena krisis yang terus memburuk, kabinet perdana menteri (PM) Hassan Diab dibubarkan dan diganti oleh PM Najib Mikati pada September 2021.
Baca Juga: Saat Petinggi Hizbullah Gelar Pernikahan Mewah Putrinya Sulut Kemarahan Warga Lebanon
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.