Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Berisiko Lumpuhkan Ekonomi, Hungaria dan Slovakia Tolak Sanksi Baru Uni Eropa atas Energi Rusia

Kompas.tv - 4 Mei 2022, 04:35 WIB
berisiko-lumpuhkan-ekonomi-hungaria-dan-slovakia-tolak-sanksi-baru-uni-eropa-atas-energi-rusia
Slovakia dan Hungaria Selasa, (3/5/2022) mengatakan mereka tidak akan mendukung sanksi terhadap energi Rusia yang sedang dipersiapkan Uni Eropa atas perang di Ukraina, dengan mengatakan mereka terlalu bergantung pada pasokan itu dan tidak ada alternatif yang bersifat segera (Sumber: AP Photo/Darko Vojinovic)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

BUDAPEST, KOMPAS.TV — Slovakia dan Hungaria pada Selasa (3/5/2022) kemarin mengatakan, mereka tidak akan mendukung sanksi terhadap energi Rusia yang sedang dipersiapkan Uni Eropa atas perang di Ukraina.

Kedua negara ini mengaku mereka terlalu bergantung pada pasokan itu dan tidak ada alternatif yang bersifat segera.

Badan eksekutif Uni Eropa, Komisi Eropa, sedang menyusun proposal terbaru baru untuk sanksi terhadap Rusia, yang dapat mencakup embargo bertahap terhadap minyak Rusia.

Ke-27 negara anggota kemungkinan akan mulai membahasnya pada hari ini Rabu (4/5), tetapi mungkin perlu beberapa hari sebelum tindakan tersebut mulai berlaku.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (3/5), Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mencuit di Twitter bahwa Komisi Eropa ingin menghajar lebih banyak bank Rusia, menargetkan mereka yang dituduh menyebarkan disinformasi tentang perang, dan mengatasi impor minyak.

Tidak jelas apakah Slovakia dan Hungaria akan menerima pengecualian.

Menteri Ekonomi Slovakia Richard Sulik mengatakan penyulingan tunggal negara itu, Slovnaft, tidak dapat segera beralih dari minyak mentah Rusia ke jenis minyak lain. Mengubah teknologi akan memakan waktu beberapa tahun, kata Sulik.

“Jadi, kami akan ngotot untuk mendpat pengecualian itu, pasti,” kata Sulik kepada wartawan. 

Slovakia hampir sepenuhnya bergantung pada minyak Rusia yang diterimanya melalui pipa Druzhba era Soviet.

Baca Juga: Sergey Lavrov: Sanksi atas Rusia Harus Dicabut jika Ingin Perundingan Damai dengan Ukraina Dilakukan

PM Makedonia Utara Dimitar Kovachevski, kedua kanan, Presiden Serbia Aleksandar Vucic, ketiga kanan, PM Bulgaria Kiril Petkov, keempat kanan, PM Yunani Kyriakos Mitsotakis, tengah, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, keempat kiri, berpose dengan pejabat lain selama upacara di pelabuhan Alexandroupolis, Yunani utara, Selasa, 3 Mei 2022. (Sumber: Dimitris Papamitsos/Greek Prime Minister Office via AP)

Hungaria juga sangat bergantung pada suplai energi dari Rusia, meskipun Jerman, importir energi utama lainnya, mengatakan dapat mengatasi jika Uni Eropa melarang minyak Rusia, dimana para pejabat Jerman mencatat bahwa itu adalah beban berat yang harus ditanggung.

Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengatakan negara itu tidak akan memilih sanksi apa pun yang akan membuat pengangkutan gas alam atau minyak dari Rusia ke Hungaria menjadi tidak mungkin.

“Intinya sederhana, pasokan energi Hungaria tidak dapat berada dalam situasi terancam karena tidak ada yang bisa mengharapkan kita untuk membiarkan ongkos perang (di Ukraina) dibayar oleh rakyat Hungaria,” kata Szijjarto, Selasa di Kazakhstan.

“Saat ini secara fisik tidak mungkin bagi Hungaria dan ekonominya untuk berfungsi tanpa minyak Rusia.” tegas Szijjarto.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban punya reputasi sebagai sekutu terdekat Putin di Uni Eropa serta menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang mendalam dengan Moskow.

Orban memperdalam ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia, mencatat bahwa 85 persen gas Hungaria dan lebih dari 60 persen minyaknya berasal dari Rusia.

Terlepas dari ketidaksepakatan di antara anggota Uni Eropa tentang sanksi energi baru, Presiden Dewan Eropa Charles Michel bersumpah untuk "mematahkan mesin perang Rusia" dengan mengarahkan negara-negara di benua itu menjauh dari pasokan gas alam Rusia.

Uni Eropa berlomba mengamankan pasokan alternatif untuk energi Rusia, menempatkan prioritas pada impor LNG global dari negara-negara yang mencakup produsen utama seperti Aljazair, Qatar dan Amerika Serikat.

Baca Juga: OnlyFans Terdampak Invasi Rusia ke Ukraina, Hentikan Pembayaran ke Kreator Rusia karena Sanksi Barat

Slovakia dan Hungaria Selasa, (3/5/2022) mengatakan mereka tidak akan mendukung sanksi terhadap energi Rusia yang sedang dipersiapkan Uni Eropa atas perang di Ukraina, dengan mengatakan mereka terlalu bergantung pada pasokan itu dan tidak ada alternatif yang bersifat segera. (Sumber: Al Arabiya)

Upaya itu termasuk membangun fasilitas gas alam cair yang sedang dibangun di Yunani utara, yang dikunjungi Michel dan pemimpin empat negara Balkan hari Selasa.

“Kami memberi sanksi kepada Rusia untuk memberikan tekanan finansial, ekonomi, dan politik pada Kremlin karena tujuan kami sederhana: Kami harus menghancurkan mesin perang Rusia,” kata Michel.

Dia bertemu Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis dan para pemimpin Bulgaria, Makedonia Utara dan Serbia yang bukan anggota NATO di pelabuhan Yunani Alexandroupolis.

Terminal impor LNG di dekat kota pelabuhan itu akan mulai beroperasi tahun depan.

LNG yang tiba dengan kapal menjadi semakin penting karena negara-negara Uni Eropa berusaha menjauh dari pasokan Rusia.

Rusia pekan lalu memutus aliran gas alam ke Bulgaria dan Polandia karena menolak memberi jaminan pembayaran dalam rubel, dalam perselisihan yang meningkat yang dipicu oleh serangan ke Ukraina.

“Inilah mengapa terminal LNG baru ini sangat tepat waktu dan sangat penting. Ini adalah investasi geopolitik dan ini adalah momen geopolitik,” kata Michel.

Baca Juga: Negara-negara Uni Eropa Tuduh Rusia Lakukan Pemerasan Menggunakan Suplai Gas Alam

Slovakia dan Hungaria Selasa, (3/5/2022) mengatakan mereka tidak akan mendukung sanksi terhadap energi Rusia yang sedang dipersiapkan Uni Eropa atas perang di Ukraina, dengan mengatakan mereka terlalu bergantung pada pasokan itu dan tidak ada alternatif yang bersifat segera. (Sumber: Al Arabiya)

“Ini mencerminkan apa yang perlu kita lakukan lebih banyak karena itu akan memberikan keamanan pasokan ke Yunani, ke Bulgaria, Makedonia Utara, Serbia, dan negara-negara lain di kawasan itu. Dan ini sangat penting.”

Turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov, Perdana Menteri Makedonia Utara Dimitar Kovachevski dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic.

“Ini bukan hanya proyek energi. Ini akan mengubah peta energi Eropa,” kata Petkov. “Balkan adalah wilayah berpenduduk 65 juta orang, dan kita dapat melakukan lebih banyak lagi.”

Terminal LNG dirancang untuk memproses sekitar 6 miliar meter kubik gas setiap tahun, meningkatkan pasokan non-Rusia yang mencapai wilayah tersebut pada tahun 2020 dengan Pipa Trans Adriatik baru yang mengalir dari Azerbaijan ke Italia.

Pipa interkonektor baru, yang sepenuhnya menghubungkan jaringan gas Yunani dan Bulgaria akan diluncurkan bulan depan.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x