Kompas TV internasional kompas dunia

Serangan Drone Tewaskan 23 Orang di Khartoum Sudan saat Pasukan Rival Bertempur Sengit

Kompas.tv - 10 September 2023, 17:45 WIB
serangan-drone-tewaskan-23-orang-di-khartoum-sudan-saat-pasukan-rival-bertempur-sengit
Serangan drone di pasar terbuka di May, Khartoum, Sudan, Minggu (10/9/2023), menewaskan setidaknya 23 orang dan 30 orang lainnya luka-luka. Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan mayat-mayat terbungkus kain putih berada di halaman rumah sakit. (Sumber: AP Graphics)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

KHARTOUM, KOMPAS.TV - Sebuah serangan drone di pasar terbuka di selatan ibu kota Sudan, Khartoum, Minggu (10/9/2023), menewaskan setidaknya 23 orang, kata aktivis dan pekerja medis. Militer Sudan dan kelompok paramiliter yang kuat, masih bertempur untuk memperebutkan kekuasaan.

Setidaknya 30 orang lainnya luka-luka dalam serangan di May, Khartoum, menurut kelompok aktivis yang dikenal sebagai Komite Perlawanan dan dua pekerja perawatan kesehatan di Rumah Sakit Universitas Bashair, tempat korban dirawat, seperti dilaporkan Associated Press.

Kelompok aktivis tersebut memposting rekaman video di media sosial yang menunjukkan mayat-mayat yang dibungkus kain putih berada di halaman terbuka rumah sakit. Belum jelas pihak mana yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sudan diguncang oleh kekerasan sejak pertengahan April 2023, ketika ketegangan antara militer negara itu yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, pecah menjadi pertempuran terbuka.

Sejak itu, pertempuran menyebar ke beberapa bagian negara tersebut, mengubah Khartoum menjadi medan pertempuran perkotaan.

Di wilayah Darfur barat — yang menjadi tempat kampanye genosida pada awal tahun 2000-an — konflik telah berubah menjadi kekerasan etnis, dengan RSF dan milisi Arab sekutunya menyerang kelompok etnis Afrika, menurut kelompok hak asasi manusia dan PBB.

Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 4.000 orang, menurut data PBB pada Agustus. Namun, dokter dan aktivis mengatakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi pada Pemimpin Paramiliter Sudan atas Pelanggaran HAM

Jenderal Abdel Fattah Burhan, komandan resmi militer Sudan, dan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, pemimpin Pasukan Pendukung Cepat (Rapid Support Forces/RSF) yang tumbuh dari milisi Janjaweed. (Sumber: Mwanzo TV)

Lebih dari 5 juta orang telah mengungsi di dalam Sudan atau melarikan diri dari negara itu untuk menghindari kekerasan akibat pertempuran yang berlangsung berbulan-bulan antara kedua kubu, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

IOM, Rabu (5/9/2023), menyebut konflik tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Menurut IOM, lebih dari 4 juta orang mengungsi secara internal sejak konflik pecah pada April. Sementara 1,1 juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga.

Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi pada Pemimpin Paramiliter Sudan atas Pelanggaran HAM

Lebih dari 750.000 orang pergi ke Mesir atau Chad, kata IOM, seperti dilaporkan Associated Press, Rabu.

Upaya internasional untuk meredakan konflik selama ini gagal. Setidaknya ada sembilan perjanjian gencatan senjata sejak pecahnya konflik dan semuanya gagal.

Sudan terperosok ke dalam kekacauan hampir lima bulan yang lalu ketika ketegangan yang sudah lama membara antara militer dan RSF berubah menjadi perang terbuka.

Negosiasi damai resmi yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi di kota pantai Arab Saudi, Jeddah, ditunda pada akhir Juni lalu.

Kedua mediator secara terbuka menuding RSF dan militer Sudan terus melanggar gencatan senjata yang telah mereka sepakati.


 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x