Kompas TV internasional kompas dunia

Media Asing Soroti Gibran saat Debat Cawapres, Sebut Tak Sopan dan Kerap Gunakan Pertanyaan Menjebak

Kompas.tv - 23 Januari 2024, 13:44 WIB
media-asing-soroti-gibran-saat-debat-cawapres-sebut-tak-sopan-dan-kerap-gunakan-pertanyaan-menjebak
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (kanan) menyampaikan pandangannya saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). (Sumber: M. RIsyal Hidayat/Antara)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Media asing turut menyoroti penampilan Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres kedua pada Minggu (21/1/2024) lalu. Media-media asing menyoroti kritikan terhadap Gibran, yakni anggapan bahwa wakil Prabowo Subianto itu "tidak sopan."

Media yang berbasis di Hong Kong, South China Morning Post melaporkan bahwa Gibran cenderung menggunakan jargon asing dan 'pertanyaan menjebak' untuk menghadapi Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD.

"Para pengkritik mendeksripsikan taktik Gibran 'canggung dan memalukan', tetapi mengatakan itu mungkin cukup efektif untuk mempertahankan peluangnya menang (di Pilpres 2024)," demikian tulis SCMP.

Baca Juga: Penjelasan Greenflation atau Inflasi Hijau yang Disebut Gibran, Ini Bedanya dengan Ekonomi Hijau

Salah satu momen yang disorot SCMP adalah ketika Gibran menanyai Mahfud MD tentang greenflation. Mahfud menjawab pertanyaan tersebut dengan memberi pemaparan seputar ekonomi hijau.

Akan tetapi, kemudian Gibran "celingak-celinguk" mengaku tidak menemukan jawaban Mahfud MD. Putra Presiden RI Joko Widodo itu kemudian menyebut, yang dimaksudnya dengan greenflation adalah inflasi hijau. Menurutnya, konteks pertanyaan itu adalah demonstrasi rompi kuning di Prancis yang terjadi akibat inflasi hijau dan peluangnya terjadi di Indonesia.

"Demonstrasi rompi kuning di Prancis pada 2018 adalah respons atas naiknya pajak bensin dan solar untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Namun, para analis mengatakan protes itu juga terjadi karena meningkatnya ketimpangan ekonomi, tingginya biaya hidup, dan kurangnya pajak bagi orang-orang kaya," tulis SCMP.

SCMP pun mengutip dosen politik Indonesia di Universitas Murdoch Australia, Ian Wilson tentang taktik Gibran. Wilson pun menyebut tidak ada kandidat yang benar-benar menonjol dalam debat cawapres kedua.

Wilson menyebut Gibran "berpegang sesuai naskah yang menekankan pada keberlanjutan kebijakan, ditambah lebih banyak upaya dalam pertanyaan-pertanyaan menjebak dan meniru pasangan kandidatnya dengan cara merendahkan (rival)."

Sementara itu, Channel News Asia menyorot perbedaan penampilan Gibran daripada debat cawapres lalu. Media ini pun menyorot respons sebagian warganet yang mengkritik tingkah laku Gibran.

"Dalam debat calon wakil presiden sebelumnya pada 22 Desember, Gibran mempertahankan diri dengan baik dan membicarakan gagasannya dengan lancar, berhasil menunjukkan pengetahuan dan visinya dalam waktu yang ditentukan selama pernyataan pembukanya," demikian tulis Channel News Asia (CNA).



Sumber : Kompas TV/SCMP/CNA



BERITA LAINNYA



Close Ads x