Kompas TV internasional kompas dunia

Militer Israel Umumkan 4 Tawanan Tewas di Gaza, Netanyahu Tetap Tolak Usulan Gencatan Senjata

Kompas.tv - 4 Juni 2024, 10:18 WIB
militer-israel-umumkan-4-tawanan-tewas-di-gaza-netanyahu-tetap-tolak-usulan-gencatan-senjata
Warga Palestina berjalan melewati kehancuran setelah serangan udara dan darat Israel di Jebaliya, Jalur Gaza utara, Kamis, 30 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Militer Israel, Senin (3/6/2024), mengumumkan empat tawanan Israel yang ditahan Hamas, tewas di Jalur Gaza.

Tiga dari empat tawanan tersebut adalah warga lansia berusia 80-an tahun yang sempat tampil dalam video Hamas dan meminta dibebaskan.

Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan keempat tawanan tersebut tewas selama operasi militer Israel di Khan Younis, bagian selatan Jalur Gaza.

Dilansir Associated Press, keempat pria yang diumumkan tewas pada Senin adalah Nadav Popplewell, Amiram Cooper, Yoram Metzger, and Haim Peri.

Hagari mengatakan keempat tawanan itu telah tewas beberapa bulan lalu, tetapi kematian mereka baru bisa dikonfirmasi.

Jenazah-jenazah mereka masih berada di tangan Hamas dan penyebab kematian belum diketahui.

Pada Mei lalu, Hamas mengatakan Popplewell yang berusia 50 tahun lebih, tewas setelah terluka akibat serangan udara Israel. Namun, Hamas tidak memberikan bukti.

Sementara Cooper, Metzger and Peri sempat tampil dalam sebuah video yang dirilis Hamas pada Desember tahun lalu.

Baca Juga: Netanyahu Tidak Mau Stop Serangan ke Gaza, Sebut Usulan Gencatan Senjata Biden Tidak Akurat

 

"Kami adalah generasi yang membangun fondasi negara Israel," ujar Peri dalam video tersebut.

Dia mengatakan dirinya dan dua tawanan lainnya dalam video itu, menderita penyakit kronis.

"Kami tidak mengerti mengapa kami ditinggalkan di sini."

Hamas disebut masih menahan sekitar 80 orang di Gaza usai menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Sebanyak 43 tawanan pun diperkirakan telah tewas dan jenazahnya masih berada di Gaza.

Hamas telah menyatakan akan menggunakan tawanan-tawanan itu untuk ditukar dengan ribuan warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, yang ditahan Israel bahkan sebelum serangan pada 7 Oktober lalu.

Sekitar 100 tawanan dibebaskan Hamas dan ditukar dengan warga Palestina yang ditahan Israel dalam kesepakatan pertukaran tahanan pada November tahun lalu.

Pengumuman tentang tewasnya tawanan Israel dikeluarkan saat pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tak kunjung menyepakati proposal gencatan senjata dengan Hamas.

Belakangan ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyodorkan usul tiga tahap gencatan senjata yang disertai pertukaran tahanan.

Baca Juga: Menhan Israel Tegaskan Ingin Hamas Enyah dari Gaza, Tanda Tolak Proposal Gencatan Senjata Biden?

Biden menyatakan, jika Hamas setuju usulan tersebut, Gedung Putih berharap Israel juga menyetujuinya. Hamas sendiri telah merespons positif proposal gencatan senjata yang diajukan Biden.

Akan tetapi, pemerintahan Netanyahu menilai proposal gencatan senjata Biden "parsial" dan menyatakan Israel tetap bertekad berperang untuk membebaskan tawanan dan melenyapkan Hamas. 

Dalam rapat dengan parlemen Israel pada Senin (3/6/2024), Netanyahu pun membantah kabar bahwa pihaknya telah menyepakati gencatan senjata dengan Hamas.

"Klaim bahwa kami telah menyetujui gencatan senjata tanpa persyaratan kami yang dipenuhi itu keliru," kata Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan pada Senin.

Di lain sisi, Israel terus menggempur berbagai titik di Jalur Gaza dan meneruskan serangan darat ke Rafah. 

Menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, serangan Israel telah membunuh setidaknya 36.439 jiwa sejak 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 15.000 di antaranya adalah anak-anak.

Serangan Israel juga menimbulkan lebih dari 82.627 korban luka. Lebih dari 10.000 orang dinyatakan hilang, kemungkinan tertimbun reruntuhan.

Baca Juga: 3.500 Lebih Anak di Gaza Terancam Tewas Kelaparan akibat Kebijakan Israel


 



Sumber : Kompas TV/Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x