Kompas TV internasional kompas dunia

New York Times Desak Biden Mundur dari Pemilihan Presiden AS

Kompas.tv - 29 Juni 2024, 22:30 WIB
new-york-times-desak-biden-mundur-dari-pemilihan-presiden-as
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersiap sebelum berbicara di sebuah acara kampanye di Raleigh, North Carolina, AS, Jumat (28/6/2024). (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

 

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Media berpengaruh Amerika Serikat (AS), The New York Times, Jumat (28/6/2024) waktu New York, menerbitkan artikel yang menunjukkan sikap editorial dan mendesak Presiden Joe Biden mundur sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.

Media tersebut secara historis sehaluan dengan ideologi dan politik Partai Demokrat.

Opini itu diterbitkan The New York Times usai berlangsungnya debat antara Biden dan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, pada malam sebelumnya. 

Apa yang Terjadi jika Biden Mundur setelah Konvensi?

Biden punya wewenang untuk mundur dan melepaskan semua dukungan yang dia kumpulkan, yaitu 3.894 dari 3.937 delegasi Partai Demokrat negara bagian sejauh ini, menurut penghitungan The Associated Press.

Jika Biden mundur, para delegasi tersebut akan bebas memilih siapa pun, sehingga akan mengarah pada konvensi terbuka, yang jarang terjadi dalam politik AS modern.

Prosedur resmi Komite Nasional Demokrat untuk konvensi, yang diadopsi pada tahun 2022, memberi komite tersebut wewenang untuk memilih kandidat baru jika salah satu anggota tiket, calon presiden atau wakil presiden, mundur atau meninggal dunia.

Jika Biden Menolak Mundur, Apakah Ada Cara bagi Partai untuk Menggantinya secara Sepihak?

Nah, jangan pernah bilang tidak pernah. Tampaknya ada sedikit ruang gerak dalam aturan resmi partai.

"Semua delegasi ke Konvensi Nasional yang terikat pada seorang kandidat presiden, harus dengan hati nurani yang baik mencerminkan sentimen pemilih yang memilih mereka," bunyi aturan tersebut.

Jadi, secara teori, menggunakan kata-kata "dengan hati nurani yang baik", tampaknya konvensi Demokrat bisa memilih calon pengganti Biden.

Namun, ini bukan Partai Demokrat tahun 1968, ketika aturan mengizinkan bos partai untuk memaksakan kehendak mereka. Faktanya, aturan tersebut diubah setelah itu khususnya untuk menjadikan partai lebih bebas.

"Ini bukan hari-hari masa lalu," kata Elaine Kamarck, seorang rekan senior di Brookings Institution, sebuah wadah pemikir di Washington, dan seorang ahli tentang aturan dan prosedur konvensi.

"Tidak ada yang namanya pemimpin partai. Tidak ada orang yang punya kekuatan untuk mengambil alih pencalonan ini."

"Satu-satunya cara itu bisa terjadi tanpa persetujuan Biden adalah jika mayoritas dari sekitar 4.000 delegasi memutuskan dia tidak seharusnya menjadi calon, bahwa mereka memiliki calon yang lebih baik," katanya.

Baca Juga: Trump Merasa Menang dan Langsung Serang Biden: Ia Tak Kompeten dan Akan Hancurkan Negara Kita

Presiden AS Joe Biden saat tampil dalam debat melawan Donald Trump pada Kamis (27/6/2024) atau Jumat pagi WIB. (Sumber: The New York Times)

Opini New York Times

Dalam editorial yang diterbitkan Jumat waktu New York, New York Times menulis, "Presiden Biden berulang kali dan dengan tepat menggambarkan taruhannya dalam pemilihan presiden November ini sebagai; tidak kurang dari masa depan demokrasi Amerika."

Donald Trump, menurut artikel New York Times, membuktikan dirinya sebagai ancaman signifikan bagi demokrasi, sosok yang tidak menentu dan mementingkan diri sendiri yang tidak layak dipercaya publik.

New York Times juga menyebut Trump berusaha merusak integritas pemilu dan berjanji akan menjadi presiden yang berbeda jika terpilih kembali, tidak terikat oleh pembatasan kekuasaan.

Sementara Biden berpendapat dirinya adalah kandidat terbaik untuk menghadapi ancaman ini karena dia mengalahkan Trump pada tahun 2020. Namun, New York Times menyatakan hal tersebut tidak lagi cukup untuk digunakan sebagai alasan Biden harus menjadi calon Demokrat tahun ini.

"Presiden tampil Kamis malam sebagai bayang-bayang seorang pelayan publik yang hebat. Dia kesulitan menjelaskan apa yang akan dia capai di periode kedua. Dia kesulitan menanggapi provokasi Trump," tulis New York Times.

"Dia kesulitan untuk meminta pertanggungjawaban Trump atas kebohongannya, kegagalannya dan rencananya yang mengerikan. Lebih dari sekali, dia kesulitan untuk menyelesaikan kalimat."

New York Times juga menyatakan Biden adalah presiden yang terhormat, namun layanan publik terbesar yang bisa dia lakukan sekarang adalah mengumumkan bahwa dia tidak akan melanjutkan pencalonannya untuk pemilihan ulang.

"Seperti yang ada saat ini, presiden terlibat dalam perjudian yang sembrono. Ada pemimpin Demokrat yang lebih siap untuk menyajikan alternatif yang jelas, menarik, dan energik untuk kepresidenan Trump kedua."

"Tidak ada alasan bagi partai untuk mempertaruhkan stabilitas dan keamanan negara dengan memaksa pemilih untuk memilih antara kekurangan Trump dan Biden. Taruhannya terlalu besar untuk hanya berharap bahwa orang Amerika akan mengabaikan atau mengurangi usia dan kelemahan Biden yang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri."

Baca Juga: Biden Mumet Yakinkan Publik Usai Debat, Demokrat Cari Pengganti tapi Sulit, Ini Sebabnya

Capres dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump, dalam debat calon presiden melawan Presiden Joe Biden di Atlanta, AS, Kamis, 27 Juni 2024. (Sumber: AP Photo)

Jika Pertarungan Berakhir dengan Pilihan antara Trump dan Biden

Jika perlombaan berakhir dengan pilihan antara kedua calon tersebut, Biden akan menjadi pilihan pasti dari tim editorial New York Times, demikian pernyataan media tersebut.

Hal itu dinilai sebagai gambaran besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh Trump. Tetapi mengingat bahaya tersebut, taruhannya bagi negara dan kemampuan Biden yang tidak merata, AS membutuhkan penantang yang lebih kuat.

New York Times mengatakan mencari calon baru dari kubu Demokrat di akhir kampanye adalah keputusan yang tidak diambil dengan enteng, tetapi itu mencerminkan skala dan keseriusan tantangan Trump terhadap nilai-nilai dan institusi negara ini dan ketidakmampuan Biden untuk menghadapinya.

Mengakhiri pencalonannya akan bertentangan dengan semua insting pribadi dan politik Biden.

Dia telah bangkit dari tragedi dan kemunduran di masa lalu dan jelas percaya dia bisa melakukannya lagi. Pendukung Biden menilai debat pada Kamis lalu sebagai satu titik data dibandingkan dengan tiga tahun pencapaian.

Namun menurut New York Times, penampilan Biden dalam debat tersebut tidak bisa dianggap karena dia melewati malam yang buruk atau karena pilek dan pegal linu. Karena itu, kata media tersebut, justru menegaskan kekhawatiran yang berkembang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Bahkan ketika Biden mencoba menguraikan proposal kebijakannya, dia tergagap. Itu tidak dapat diimbangi oleh penampilan publik lainnya karena dia telah membatasi dan mengontrol dengan hati-hati penampilan publiknya.

Harus diingat, kata New York Times, Biden menantang Trump untuk duel verbal ini. Dia menetapkan aturan, dan dia bersikeras ini digelar beberapa bulan lebih awal dari debat pemilihan umum sebelumnya.

Dia mengerti bahwa dirinya perlu menangani kekhawatiran publik yang sudah lama ada tentang ketajaman mentalnya dan dia perlu memberi bukti kepada publik sesegera mungkin.

Baca Juga: Janji Biden Usai Bikin Khawatir di Debat Perdana, Yakin Bisa Menang Pemilihan Presiden 2024

Donald Trump (kiri) pada 24 Februari 2024, dan Joe Biden (kanan) pada 27 Januari 2024. (Sumber: AP Photo)

Kebenaran yang Harus Dihadapi Biden

Kebenaran yang harus dihadapi Biden sekarang adalah dia gagal dalam ujian yang dia buat sendiri, kata New York Times.

Dalam jajak pendapat dan wawancara, para pemilih mengatakan mereka mencari suara-suara baru untuk menghadapi Trump.

Penghiburan bagi Biden dan para pendukungnya adalah masih ada waktu untuk bersatu di belakang kandidat yang berbeda.

Sementara warga AS terbiasa dengan pemilihan presiden yang berlangsung bertahun-tahun, di banyak demokrasi, kampanye dilakukan dalam beberapa bulan.

Adalah sebuah tragedi, menurut New York Times, bahwa Partai Republik sendiri tidak terlibat dalam evaluasi dan introspeksi yang lebih mendalam setelah debat pada Kamis lalu.

Penampilan Trump sendiri seharusnya dianggap sebagai alasan diskualifikasi, menurut New York Times.

Media tersebut mengatakan Trump berulang kali berbohong dengan berani tentang tindakannya sendiri, rekornya sebagai presiden, dan lawannya.

Dia menggambarkan rencana yang akan merugikan ekonomi AS, merusak kebebasan sipil, dan merusak hubungan AS dengan negara-negara lain. Dia menolak berjanji akan menerima kekalahan, malah kembali pada retorika yang menghasut serangan 6 Januari di Kongres.

New York Times menulis Partai Republik, bagaimanapun, telah dibajak oleh ambisi Trump. Beban saat ini ada di pundak Partai Demokrat untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas ambisi seorang pria.

Demokrat yang telah menyerahkan diri pada Biden sekarang harus menemukan keberanian untuk berbicara dengan jujur kepada pemimpin partai.

Orang-orang kepercayaan dan para pembantu yang mendorong pencalonan Biden dan yang melindunginya dari penampilan publik yang tidak diatur sebelumnya, harus menyadari kerusakan pada posisi Biden dan kemustahilannya untuk memperbaikinya.

New York Times menulis, jalur yang paling jelas bagi Demokrat untuk mengalahkan kandidat yang didefinisikan oleh kebohongannya adalah berbicara secara jujur dengan publik AS: akui bahwa Biden tidak dapat melanjutkan persaingan, dan menyusun proses untuk memilih seseorang yang lebih mampu untuk menggantikan posisinya dengan tujuan mengalahkan Trump pada pemungutan suara bulan November.

Itu adalah kesempatan terbaik untuk melindungi jiwa bangsa, penyebab yang menarik Biden untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2019, dari perang buruk yang dilakukan Trump, kata New York Times.

Dan itu adalah layanan terbaik yang dapat diberikan Biden kepada negara yang dia layani dengan mulia selama ini, sambungnya.


 



Sumber : Associated Press, New York Times



BERITA LAINNYA



Close Ads x