JAKARTA, KOMPAS.TV - Timor Leste merayakan peringatan 25 tahun referendum yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memastikan kemerdekaannya dari Indonesia, tetangga besar yang pernah menginvasi bekas koloni Portugis tersebut pada tahun 1975.
Kerumunan orang bersorak saat para pemimpin negara dan tamu negara, termasuk Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, Jumat (30/8/2024), melakukan perjalanan dengan iring-iringan kendaraan menuju stadion di ibu kota negara untuk sebuah upacara yang membuka rangkaian perayaan di seluruh negeri yang masih bergelut dengan kemiskinan ini.
Spanduk dan poster peringatan memenuhi jalan-jalan di Dili, ibu kota Timor Leste, tempat ribuan orang berkumpul untuk merayakan acara yang mencakup pidato, pertunjukan musik, dan kembang api.
Warga Dili mengenang saat-saat mencekam selama masa tergelap negara itu ketika militer Indonesia merespons hasil referendum 1999 dengan kampanye bumi hangus sebelum akhirnya meninggalkan Timor Leste.
"Itu adalah pengalaman traumatis yang masih menghantui saya hingga hari ini," kata Gabriel Araujo, seorang pedagang makanan yang berusia 12 tahun saat itu, "Saya selalu bahagia setiap kali merayakan kebebasan kita bersama yang lain."
Pada hari kedua kunjungan resminya ke negara termuda di Asia tersebut, Guterres bertemu dengan Perdana Menteri Xanana Gusmão dan memberikan penghormatan emosional kepada mantan pemimpin gerilya tersebut.
Gusmão pernah dipenjara selama enam tahun di Indonesia dan baru dibebaskan ketika pendudukan berakhir pada tahun 1999.
Ia kemudian menjadi presiden pertama Timor Leste yang merdeka pada 2002 hingga 2007, dan kembali berkuasa sebagai perdana menteri pada 2023 setelah partainya memenangkan pemilu pada Mei lalu.
Baca Juga: Warga Timor Leste Digusur Jelang Kunjungan Paus Fransiskus ke Dili
"Saya jamin bahwa PBB akan terus bersama rakyat Timor Leste yang kini berjuang untuk pembangunan negara," kata Guterres dalam pidatonya pada perayaan hari Jumat tersebut.
Guterres juga mengunjungi Arsip dan Museum Perlawanan Timor Leste di Dili, di mana dirinya tampil dalam beberapa arsip yang dipajang sebagai mantan perdana menteri Portugal dari 1995 hingga 2002.
Pada masa itu, ia terlibat secara aktif dalam upaya internasional untuk menyelesaikan krisis di Timor Leste.
"Persiapkan diri kalian untuk bekerja dan melayani negara ini demi kesejahteraan rakyat," ujar Gusmão dalam pidatonya di acara tersebut, yang juga dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Australia dan Menteri Pertahanan Richard Marles, Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Hamidi, serta pejabat tinggi lainnya dari negara-negara anggota ASEAN.
Transisi Timor Leste menuju demokrasi tidak mulus, dengan para pemimpinnya berjuang melawan kemiskinan, pengangguran, dan korupsi yang masif.
Negara ini masih terus bergulat dengan warisan dari perjuangan kemerdekaannya yang berdarah dan politik faksional yang sengit yang kadang-kadang meletus menjadi kekerasan.
Ekonominya sangat bergantung pada pendapatan minyak lepas pantai yang semakin menipis.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.