Kompas TV nasional peristiwa

Saat Ilmu Titen 'Ambyar' Gara-gara Perubahan Iklim, Kepala BMKG: Tak Bisa Lagi jadi Pegangan Nelayan

Kompas.tv - 8 Oktober 2021, 09:29 WIB
saat-ilmu-titen-ambyar-gara-gara-perubahan-iklim-kepala-bmkg-tak-bisa-lagi-jadi-pegangan-nelayan
Ilustrasi kapal nelayan saat menerjang gelombang tinggi di perairan Indonesia. (Sumber: Tribunnews)
Penulis : Hedi Basri | Editor : Gading Persada

Masyarakat zaman dulu mengamati setiap tanda-tanda kejadian alam yang berlangsung untuk menentukan mangsa, musim.

Maka kemudian disusun Pranata Mangsa atau Ketentuan Musim. Petani dapat memahami mangsa berdasarkan kejadian atau situasi alam yang dialami, yang terkait dengan usaha taninya.

Para petani dan juga nelayan sebelum adanya teknologi canggih untuk membaca keadaan cuaca, memiliki kearifan lokal, membaca cuaca. Misalnya, dengan membaca bintang.

Baca Juga: Tanda-Tanda Zaman

Namun dalam kenyataannya, lanjut Dwikorita, kearifan lokal tersebut kini sulit diterapkan karena iklim yang sangat dinamis. 

Dwikorita menjelaskan, kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi, tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian, termasuk ekosistem wilayah pesisir.

“Perubahan iklim adalah peristiwa global, namun dampaknya dirasakan secara regional ataupun lokal. Tidak ada batasan teritorial negara,” ujar dia.

Kondisi inilah yang memacu BMKG untuk menggencarkan pelaksanaan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di daerah-daerah pesisir pantai.

Melalui SLCN yang digelar, BMKG ingin nelayan dapat melaut, mendapatkan hasil dan pulang dengan selamat.

SLCN, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan nelayan Indonesia dalam mengakses, membaca, menindaklanjuti dan mendiseminasikan informasi cuaca, iklim maritim serta informasi prakiraan lokasi ikan dari sumber yang terpercaya.

Selain itu, SLCN juga menjadi bagian dari ikhtiar BMKG mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

"Kegiatan SLCN ini menggunakan pembelajaran interaktif, yaitu metode belajar dan praktik. Materi pokok yang akan diberikan yaitu pengenalan produk dan memahami informasi cuaca dan iklim maritim, cara membaca informasi maritim dan pengenalan alat-alat observasi,” kata Dwikorita.

Baca Juga: Laporan PBB: akan Terjadi Krisis Air Global karena Perubahan Iklim



Sumber : Antara



BERITA LAINNYA



Close Ads x