Kompas TV nasional politik

Istana Batu Tulis, Pertemuan Megawati-Jokowi dan Jejak Kekecewaan Kubu Prabowo

Kompas.tv - 10 Oktober 2022, 19:38 WIB
istana-batu-tulis-pertemuan-megawati-jokowi-dan-jejak-kekecewaan-kubu-prabowo
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bertemu di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (8/10/2022). (Sumber: Kompas.Com)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV- Istana Batu Tulis di Kota Bogor, Jawa Barat, kembali menjadi saksi petemuan politik para elite partai.

Pada Sabtu (8/10/2022) lalu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Batu Tulis. 

Tak banyak diungkap dari pertemuan tertutup itu. Hanya dikabarkan dalam pertemuan itu dibahas langkah-langkah penting dalam menghadapi krisis ekonomi dunia dan pangan. 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menuturkan, Megawati memang sangat menaruh perhatian pada krisis ekonomi dan pangan.

"Dan beliau membagi pengalaman lengkap menuntaskan krisis multidimensional. Saat itu seluruh jajaran Kabinet Gotong Royong benar-benar fokus dan terpimpin sehingga pada tahun 2004 Indonesia bisa keluar dari krisis," kata Hasto.

Dalam perjalanan politik di Indonesia, Istana Batu Tulis menyimpan kenangan pahit bagi Prabowo Subianto dan partai yang dipimpinnya, Gerindra.

Baca Juga: Kata Pengamat Soal Makna di Balik Pertemuan Jokowi dan Megawati di Batutulis

Di tempat inilah, pada 16 Mei 2009, Prabowo dan Megawati membuat kesepakatan.

Dalam kesepakatan berisi 7 butir yang salah satunya menyebutkan bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden dan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden.

Namun, dalam Pilpres 2009, pasangan ini kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono.

Ketika Pilpres 2014, Ketua Umum Partai Gerindra kala itu, Suhardi, menyinggung perjanjian ini. Bahwa perjanjian Batu Tulis dengan PDI-P untuk mendukung Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014.

Namun kenyataanya, PDIP justru menyorongkan Joko Widodo. Gerindra dan Prabowo pun meluapkan kekecewaannya.

"Itu kan perjanjian tertulis yang masalah penyelesaiannya di etika. Tapi dengan dinamika politik berjalan seperti ini, kita lihat saja perkembangannya," kata Suhardi di sela-sela acara Deklarasi Kampanye Berintegritas Pemilu 2014 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Sabtu 16 Maret 2014 silam.

Suhardi yang juga ahli kehutanan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), kini sudah meninggal dunia. 

Namun, Suhardi memastikan bahwa perjanjian tersebut bukanlah omong kosong.

"Memang ada. Memang benar-benar ada," ucapnya. 

Bahkan, Prabowo sendiri haqul yakin dengan isi perjanjian tersebut. Dia bahkan menyiratkan merasa dikhianati oleh Megawati lantaran mencalonkan Jokowi sebagai capres 2014.


Baca Juga: Jokowi dan Megawati Bertemu, Pengamat: Bukan Pertemuan Biasa, Bisa Jadi Bahas Pencapresan

"Waktu 2009 lalu, saya diminta untuk menjadi wakilnya Mega dan saya telah berjuang dengan keras banyak kecocokan," ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu, 16 Maret 2014 silam.

"Kita sama-sama berjuang keras. Tapi dalam dinamika politik terjadi apa yang kita lihat sekarang ini."

Politik memang penuh dinamika. Semua bisa berubah.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x