Kompas TV nasional kesehatan

Dokter: Bermian Puzzle dan Memperlajari Bahasa Baru Bisa Mencegah Demensia Frontotemporal

Kompas.tv - 17 Februari 2023, 15:33 WIB
dokter-bermian-puzzle-dan-memperlajari-bahasa-baru-bisa-mencegah-demensia-frontotemporal
Ilustrasi bermain puzzle. (Sumber: Antara.)
Penulis : Kiki Luqman | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Aktor Bruce William diakui oleh keluarganya mengidap Demensia Frontotemporal (FTD). Ternyata penyakit yang dicirikan oleh penurunan daya ingat dan daya pikir itu bisa diantisipasi. Misalnya, bermain puzzle dan mempelajari bahasa baru. 

Selain kedua hal itu, dokter spesialis neurologi RSUD Sawah Besar Andre menyarankan bermain musik juga dapat mencegah FTD. 

"Direkomendasikan melakukan aktivitas yang menstimulasi seperti puzzle, belajar bahasa baru atau instrumen musik, dan terlibat dalam percakapan sebanyak 30 menit atau lebih dalam sehari," terangnya dikutip dari Antara, Jumat (17/2/2023). 

Sebagi informasi FTD, adalah salah satu jenis demensia yang disebabkan oleh penurunan fungsi otak sisi bagian depan dan sisi samping otak. Biasanya FTD banyak dijumpai pada pasien dengan rentang usia 45 sampai 65 tahun dan belum ada obat yang dapat menghentikan FTD.

Andre menjelaskan penyakit ini berbeda dengan demensia alzheimer. Jika demensia alzheimer banyak dijumpai pada usia di atas 65 tahun dan dengan gejala gangguan daya ingat, gejala demensia frontotemporal yang sering ditemukan adalah perubahan perilaku dan kesulitan dalam menemukan kosa kata dalam berbicara.

Baca Juga: Bantuan Kesehatan Jiwa untuk Para Pengungsi Gempa Turki Termasuk Anak-anak

"Gejala utama yang sering dijumpai adalah perubahan perilaku, kesulitan memahami perintah, kesulitan menemukan kosa kata dalam berbicara, gangguan dalam perencanaan, hilangnya minat untuk mengerjakan sesuatu yang sebelumnya disukai. Berbeda dengan alzheimer yang lebih dominan gangguan daya ingat," jelasnya.

Andre mengungkapkan, penanganan yang tepat jika pasien mengalami FTD adalah utamanya dengan terapi non-obat (non farmakologis) seperti terapi fisik, dukungan sosial, terapi okupasi, terapi wicara, terapi perilaku kognitif dan layanan rehabilitasi.

Terapi ini melibatkan multidisiplin, baik dari dokter Neurologi, dokter Psikiatri, dokter Rehabilitasi Medis dan terapis wicara.

Sedangkan terapi obat (farmakologi) lebih diutamakan untuk mengurangi atau mengatasi gejala yang timbul dan mengganggu seperti gelisah, tindakan agresif yang kadang mengganggu orang di sekitarnya seperti obat antidepresan atau antipsikotik.

Ia juga menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik sebanyak 150 menit per minggu dengan aerobik intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda, dan menari. Selain itu juga bisa latihan kekuatan (strengthening exercises) setidaknya 2 kali seminggu seperti yoga dan berkebun.

"Makan-makanan sehat dengan diet seimbang, kurangi meminum alkohol, tidak merokok dan tidak lupa mulai dibiasakan brain check up untuk pemeriksaan fungsi otak secara dini," tambahnya.

Baca Juga: Membuat Lilin Aroma Terapi Latih Kreatifitas Ibu - ibu




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x