Kompas TV nasional peristiwa

Sejarah 2 Mei Diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, Ini Tokoh Penting di Baliknya

Kompas.tv - 2 Mei 2023, 08:38 WIB
sejarah-2-mei-diperingati-sebagai-hari-pendidikan-nasional-ini-tokoh-penting-di-baliknya
Logo Hari Pendidikan Nasional 2023 yang diperingati hari ini, Selasa (2/5/2023). (Sumber: Tribunnews)
Penulis : Dian Nita | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Di Indonesia, setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang disingkat sebagai Hardiknas.

Tahun ini, Hari Pendidikan Nasional 2023 jatuh pada Selasa (2/5/2023). Peringatan ini tak lepas dari perjuangan sosok penting bagi pendidikan di Indonesia yakni Ki Hadjar Dewantara.

Bahkan, Hardiknas yang diperingati tiap 2 Mei ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari nasional untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional 

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. 

Ki Hadjar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dan wafat pada 26 April 1959. Ia merupakan pahlawan nasional yang dijuluki sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia.

Ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. 

Baca Juga: Mengenal Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa.

Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Profil Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat. Ia ahir dari keluarga terpandang atau ningrat di Yogyakarta.  

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit. 

Akhirnya, ia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Ki Hadjar diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Baca Juga: Apa Upaya Kemendikbud Turunkan Angka Pengangguran Lulusan SMK? | BTALK

Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Menciptakan Tiga Semboyan

Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikan.

Arti dari semboyan tersebut adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).

Hingga kini, semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x