Kompas TV nasional peristiwa

Panglima TNI Yudo Margono Minta Maaf Pakai Bahasa "Piting" untuk Lerai Massa Demo di Rempang

Kompas.tv - 19 September 2023, 16:52 WIB
panglima-tni-yudo-margono-minta-maaf-pakai-bahasa-piting-untuk-lerai-massa-demo-di-rempang
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Yudo Margono membantah dirinya mengerahkan pasukan ke Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (19/9/2023). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Vyara Lestari

Adapun perintah Yudo soal piting massa demo itu dilontarkan saat sesi tanya jawab di acara pengarahan kepada Pangkotama di jajaran TNI, Selasa (12/9/2023).

Kala itu, Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Mochammad Hasan meminta arahan dari Yudo Margono mengenai penanganan aksi massa penolakan proyek Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam. 

Pangdam Bukit Barisan juga meminta agar prajurit TNI yang membantu Polri mengamankan unjuk rasa dibekali perlengkapan pasukan anti-huru-hara, seperti tameng untuk mencegah prajurit TNI menjadi sasaran massa demo yang anarkis. 

Baca Juga: Panglima TNI Yudo Margono Tegaskan Tak Ada Perintah Pengerahan Pasukan TNI ke Rempang

Mochammad Hasan meminta 500 perlengkapan huru-hara untuk prajurit TNI yang ditugaskan membantu Polri mengamankan demo di Pulau Rempang. 

Dalam arahannya, Yudo meminta agar prajurit TNI yang ikut mengamankan demo di Pulau Rempang bisa menahan diri. 

Namun, Yudo menilai demo penolakan Rempang Eco City sudah mengarah anarkisme, sebab massa terus melempari kepolisian yang bertahan dengan tameng. 

Yudo mengakui perlengkapan huru-hara bagi prajurit memang diperlukan melihat kecenderungan demo yang berujung anarkis. 

Akan tetapi, Yudo lagi-lagi meminta agar prajurit bisa menahan diri, sebab dikhawatirkan, jika dilengkapi perlengkapan huru-hara, pola pikir prajurit akan kembali ke jaman Orde Baru. 

Baca Juga: Jawaban Jokowi Ditanya Soal Perpanjangan Usia Pensiun Panglima TNI

"Saya tidak memberikan itu (perlengkapan huru-hara) karena saya khawatir anak-anak ini mindset-nya berubah nanti, kembali lagi seperti Orde Baru. Ini kan tugas kepolisian. Ketika kepolisian tidak mampu, baru TNI yang maju," ujar Yudo saat memberikan pengarahan. 

Lebih lanjut Yudo menilai, prajurit yang ikut mengawal demo sebenarnya tidak perlu dilengkapi dengan alat tameng dan pentungan. 

Jika yang ditugaskan ada 1.000 prajurit, maka satu prajurit bisa mengadang satu orang massa yang bertindak anarkis. 

"Umpamanya masyarakat 1.000, TNI-nya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu piting satu kan selesai. Enggak usah pakai alat, dipiting saja satu-satu. Tahu dipiting? Nah, itu dipiting saja satu-satu. Saya khawatir kalau pakai alat, nanti kita bertahan, dilempari. Anak-anak berani maju, terus bertahan, ya ngamuk juga nanti," ujar Yudo. 


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x