Hanya saja, kekurangan terdapat pada kondisi suasana belajar.
Sementara, 46 persen responden mengaku mendapatkan suasana belajar yang baik dan sangat baik.
Dalam proses pembelajaran daring, sejauh ini mayoritas responden mengaku masih nyaman terhadap kualitas materi perkuliahan, dukungan sumber belajar eksternal, serta proses penyampaian materi dari dosen.
Kelemahan proses kuliah daring selama ini terletak pada aspek kualitas interaksi, kemudahan dalam pencapaian keterampilan, kualitas penugasan, dan kemudahan dalam memahami materi.
Terbukti, aspek kemudahan untuk memahami materi medapatkan nilai paling rendah, yakni hanya 3,12 dalam skala linkert 1-5, dengan angka 5 mengacu kondisi sangat baik.
Terkait durasi belajar mengajar daring, 58,1 persen responden merasa nyaman jika dilakukan selama 30 sampai 60 menit.
Lalu hanya 28,9 persen responden yang merasa nyaman ketika proses kuliah daring berlangsung selama 60 sampai 90 menit.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan, Djagal Wiseso Marseno mengatakan, keputusan untuk melaksanakan kuliah tatap muka masih harus menunggu pertimbangan lainnya, seperti situasi dan kondisi Covid-19 secara nasional pasca lebaran nanti serta pertimbangan kepada kebijakan Pemda DIY dan pusat.
Baca Juga: Pelaksanaan UTBK, UGM Sediakan GeNose Bagi Peserta yang Tak Bawa Hasil Covid-19
Ia menjelaskan, jika pasca lebaran tidak terjadi puncak Covid-19 maka kegiatan belajar mengajar semester I TA 2021/2022 kemungkinan besar akan dilakukan secara campuran atau blended.
“Kami sudah menyiapkan dua skema yang mempertimbangkan jenis keilmuan masing-masing,” ujarnya, Selasa (20/4/2021).
Skema pertama, pembagian daring di awal semester dan pada paruh kedua secara luring.
Skema kedua, pada awal semester ganjil UGM, kegiatan belajar mengajar atau kuliah dilakukan dengan separuh mahasiswa secara luring dan separuh lainnya daring yang dilakukan secara bergantian.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.