JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah kajian mengatakan, penurunan muka tanah di kawasan Pluit menjadi yang paling parah terjadi di Jakarta.
Kondisi tersebut tentu menjadi perhatian bersama karena dirasa dapat memberikan dampak bagi sektor-sektor tertentu, tak terkecuali properti.
Kekhawatiran yang paling nyata adalah merosotnya harga hunian di kawasan Pluit seiring dengan penurunan muka tanahnya setiap tahun.
Menanggapi hal tersebut, Head of Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagirl mencoba untuk menjawabnya.
Baca Juga: Sebut Penurunan Muka Tanah di Pluit yang Terparah, Menteri PUPR: Eksploitasi Air Harus Dikurangi
Menurut Monica, isu penurunan muka tanah yang santer dibicarakan belakangan ini ternyata tidak begitu berpengaruh pada harga hunian di kawasan Pluit.
"Saat ini, para developer sudah membangun hunian di daerah Pluit dengan menggunakan teknologi yang lebih baik sehingga rumah yang dibangun aman," terang Monica saat Konfrensi Pers Colliers, dikutip dari Kompas.com Rabu (6/10/2021).
Oleh sebab itu, tingkat minat pembeli terhadap rumah-rumah yang ada di Pluit tetap tinggi, meskipun harganya pun tergolong mahal.
Sedangkan, terkait ancaman Jakarta tenggelam pada beberapa tahun ke depan dipandang Monica sebagai rumor yang belum jelas kepastiannya.
Baca Juga: Jawab Isu Jakarta Tenggelam, Anies: Tanggul Bukan Solusi Permanen untuk Selamatkan Jakarta
Jadi, lanjut Monica, sangat wajar jika masih banyak orang yang mencari hunian di daerah Pluit karena pertimbangan akses yang dekat dengan keluarga atau komunitas.
"Orang banyak yang mencari rumah di daerah utara (Pluit), karena ada yang dekat dengan rumah keluarganya atau sudah memiliki komunitas di sana," ungkap Monica.
"Jadi, (isu) penurunan tanah ini tidak terlalu berpengaruh pada keputusan seseorang dalam membeli properti di Pluit," sambungnya.
Sementara itu, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto meyakini, mengatakan developer pasti sudah menerapkan berbagai cara untuk mengatasi masalah penurunan muka tanah ini.
"Ambil contoh, daerah Kelapa Gading yang selalu langgangan banjir dalam kurun waktu seminggu atau dua minggu," kata Ferry.
"Tapi orang tetap beli rumah di sana karena pertimbangan dekat dengan keluarga atau komuntias mereka. Mereka sudah merasa nyaman," ujarnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.