Kompas TV travel jelajah dunia

Ambergris, Muntahan Paus yang Berharga Fantastis, Dimanfaatkan untuk Industri Kosmetik dan Parfum

Kompas.tv - 3 Maret 2021, 18:50 WIB
ambergris-muntahan-paus-yang-berharga-fantastis-dimanfaatkan-untuk-industri-kosmetik-dan-parfum
Muntahan paus sperma, ambergris, memiliki nilai jual yang tinggi. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Rizky L Pratama

JAKARTA, KOMPAS.TV – Belum lama ini, seorang perempuan di Thailand mengaku menemukan benda yang diyakini muntahan paus sperma bernama ambergris.

Siriporn Niamrin menemukan benda padat berwarna kuning dengan berat 6,8 kg itu saat sedang berjalan-jalan di pinggir pantai.

Meski berbau amis, saat dibakar benda itu meleleh dan saat suhu kembali turun benda itu kembali mengeras.

Baca Juga: Beruntungnya Nelayan Ini, Temukan Gumpalan Muntahan Paus Senilai Rp45 Miliar

Apabila benar benda yang ia temukan tersebut adalah muntahan paus atau ambergris, itu menjadi keberuntungan baginya karena bisa membuatnya mendapat banyak uang.

Dengan besarnya ukuran ambergris itu, harganya ditaksir bisa mencapai Rp 3,7 miliar. Hal itu mengingat harga per gram dari ambergris diperkirakan bisa mencapai ribuan dollar AS.

Lalu kenapa ambergris bisa mempunyai harga yang mahal?

Mengutip KOMPAS.com dari Business Today (19/6/2019), benda yang memiliki sifat seperti lilin ini memang memiliki harga yang sangat mahal di pasaran, khususnya di negara-negara teluk.

Salah satu faktor yang membuat harga ambergris sangat mahal adalah sulitnya untuk menemukan muntahan paus ini.

Ambergris berasal dari usus atau sistem pencernaan paus sperma yang dikeluarkan melalui mulutnya. Satu gram ambergris konon harganya adalah 30 kali harga satu gram perak.

Baca Juga: Temukan Muntahan Paus Ketika di Pantai, Wanita Ini Berpotensi Dapatkan Rp 3,7 Miliar

Ambergris terbentuk dari bagian hewan yang keras, seperti paruh cumi-cumi dan zat cairan empedu yang mengikatnya.

Lama-kelamaan campuran untuk itu terus terbentuk di dalam pencernaan paus selama bertahun-tahun sebelum dikeluarkan.

Ilmuwan berpendapat, ambergris bisa membesar di dalam usus besar hingga lima kali lipat dan bisa menyebabkan kematian bagi paus.

Ambergris keluar dari perut paus dalam bentuk bongkahan besar dan kemudian mengapung di lautan.

Nah, saat mengapung di lautan dan terkena sinar matahari, ambergris yang mirip kotoran paus berubah mengeras menjadi seperti batu.

Baca Juga: Sudah 3 Kali Muntahan Paus Ditemukan di Pantai Thailand, Nilainya Miliaran Rupiah

Meskipun berbau amis atau menyerupai bau ikan saat pertama kali diproduksi, muntahan paus akan mengalami perubahan aroma seiring berjalannya waktu.

Baunya akan menjadi manis dan berbau khas seperti tanah.

Karena itu, ambergris menjadi salah satu bahan yang dilirik oleh industri kosmetik dan parfum. Muntahan paus itu disebut bisa menjadi pengikat aroma pada parfum dan wewanngian langka, seperti musk.

Aroma musk yang sulit dideskripsikan ini berasal dari proses oksidasi dan penggabungan dari berbagai elemen, mulai dari matahari, pasir, udara, garam laut, mineral laut, dan air.

Bau khas ini banyak diinginkan oleh para pakar parfum di dunia. 

Baca Juga: Puluhan Paus Terdampar di Pantai Bangkalan, Banyak Warga Datang untuk Menonton

Selain karena aroma, pemanfaatan ambergris ini bisa digunakan untuk membuat parfum yang tahan lama karena sifat dari ambergris yang penguapannya lambat.

Selain itu, mengutip Whale Facts, ambergris juga digunakan sebagai aroma dupa, bahan pewangi dalam cerutu, pengobatan pilek, sakit kepala, melindungi individu dari wabah, dan kegunaan lain, baik bersifat fisik, mental, maupun psikologis.

Selain dari muntahan paus, ambergris diketahui juga bisa ditemukan dari dalam usus paus sperma. Namun, paus sperma sendiri tidak bisa diburu.

Baca Juga: Salah Satu Bangkai Paus ‘Terbesar’ Ditemukan di Italia, Beratnya Mencapai 70 Ton!

Ini dikarenakan paus sperma merupakan salah satu binatang yang masuk daftar dilindungi Undang-Undang Perlindungan Margasatwa.

Maka tidak heran, muntahan paus atau ambergris ini berharga mahal karena manfaatnya yang bisa digunakan di industri kosmetik dan parfum.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x