Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Ketua Banggar DPR Sebut BLT El Nino dan Bebas PPN Rumah Belum Cukup Atasi Masalah Rakyat

Kompas.tv - 26 Oktober 2023, 12:38 WIB
ketua-banggar-dpr-sebut-blt-el-nino-dan-bebas-ppn-rumah-belum-cukup-atasi-masalah-rakyat
Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah menilai penggratisan pajak perumahan dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino belum cukup untuk mengatasi masalah yang muncul di tengah masyarakat. (Sumber: Dpr.go.id)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah menilai penggratisan pajak perumahan dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino belum cukup untuk mengatasi masalah yang muncul di tengah masyarakat. 

Seperti diketahui, pemerintah sudah mengumumkan pembebasan 100 persen Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk transaksi rumah seharga di bawah Rp2 miliar dalam rentang November - 2023 sampai Juni 2024 mendatang. PPN itu akan ditanggung oleh pemerintah. 

Selain itu Pemerintah juga akan memberikan bantuan administratif bagi perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebesar Rp4 juta hingga tahun 2024.

Meski begitu, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu tetap mendukung dan menilai hal tersebut merupakan program yang baik untuk rakyat. Terlebih kebijakan yang diambil merupakan kesepakatan bersama semua fraksi di DPR dengan pemerintah.

“Namun kami perlu ingatkan pemerintah, bahwa program tersebut tidak cukup menyelesaikan masalah pokok yang dihadapi rakyat. Masalah fundamental kita adalah kebutuhan pangan dan minyak bumi yang ditopang dari impor negara lain, dan ketergantungan penggunaan Dolar Amerika Serikat (AS) dalam pembayaran internasional,” kata Said dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga: 4 Kebijakan Baru Pemerintah: BLT El Nino Sampai Bebas Biaya Administrasi Rumah Murah

Menurutnya, masalah impor ini belum berhasil ditangani pemerintah selama 10 tahun terakhir. Karena bergantung pada impor, Indonesia kesulitan saat terjadi perang atau faktor global lainnya. 

“Hampir sepuluh tahun ini sejujurnya saja pemerintah belum berhasil mengatasi ketergantungan impor minyak bumi, beras, jagung, gula, kedelai, daging, dan bahan pangan pokok rakyat lainnya," ujar Said. 

"Saat muncul perang kita terancam susah mendapatkan pasokan, dan harganya tinggi, ditambah membayar dengan Dolar AS yang sedang tinggi. Itu yang kita hadapi saat ini,” ujarnya. 

Ia kemudian menyoroti kenaikan harga beras. Kekeringan yang mendera berbuntut pada kenaikan harga beras yang mencapai 27 persen, menuntun pada kondisi inflasi beras. 

Said menilai, fenomena ini menjadi pertanda bahwa beberapa program pemerintah terkait pangan belum berjalan efektif.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x