Kompas TV internasional kompas dunia

Warga Sipil Gaza Tewas Dibunuh Israel Tembus 30 Ribu Orang, 70 Ribu Luka, Ribuan Masih Tertimbun

Kompas.tv - 29 Februari 2024, 20:53 WIB
warga-sipil-gaza-tewas-dibunuh-israel-tembus-30-ribu-orang-70-ribu-luka-ribuan-masih-tertimbun
Warga Palestina mengantri bantuan makanan di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, (21/12/2023). Pasukan Israel hari Kamis (29/2/2024),menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan di Kota Gaza, lebih dari 104 pengungsi warga Gaza yang kelaparan tewas, membuat jumlah total korban tewas yang dibunuh serangan Israel menembus 30.000 warga sipil. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Hamas dan kelompok militan lainnya masih menyandera sekitar 100 warga Israel dan jenazah sekitar 30 orang, setelah melepaskan sebagian besar tawanan lainnya selama gencatan senjata November.

Kekhawatiran meningkat terhadap kelaparan di seluruh Gaza memicu desakan internasional agar Israel melakukan gencatan senjata, sementara AS, Mesir, dan Qatar sedang berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran dan melepaskan sebagian sandera.

Para mediator berharap dapat mencapai kesepakatan sebelum bulan suci Ramadan dimulai sekitar 10 Maret. Namun, hingga kini, Israel dan Hamas masih jauh dari kata sepakat.

Sementara itu, pejabat PBB telah memperingatkan adanya korban massal lebih lanjut jika Israel melanjutkan ancamannya untuk menyerang kota paling selatan, Rafah, tempat lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung. Mereka juga mengatakan bahwa serangan Rafah dapat menghancurkan sisa operasi bantuan.

Beberapa ratus ribu warga Palestina diyakini tetap tinggal di utara Gaza meskipun diperintahkan oleh Israel untuk meninggalkan area tersebut pada Oktober, dan banyak dari mereka harus makan pakan hewan untuk bertahan hidup. PBB menyebutkan bahwa satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun di utara mengalami kelaparan akut.

COGAT, badan militer Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina, mengatakan sekitar 50 truk bantuan memasuki utara Gaza pekan ini. Tidak jelas siapa yang mengirimkan bantuan tersebut. Beberapa negara juga telah melakukan pengiriman udara dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: 30.000 Tentara Israel Jalani Perawatan Mental sejak Serangan ke Gaza, 200 Orang Disebut Sakit Jiwa

Seorang ibu Palestina menangis di dekat jenazah anaknya yang dibunuh serangan Israel di Jalur Gaza, di sebuah ruang jenazah di Khan Younis, Selasa, (27/2/2024). (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Program Pangan Dunia WFP mengatakan awal bulan ini bahwa mereka menghentikan pengiriman ke utara karena kekacauan yang semakin meningkat, setelah warga Palestina mengosongkan konvoi saat dalam perjalanan.

Sejak melancarkan serangan terhadap Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel melarang masuknya makanan, air, obat-obatan, dan pasokan lainnya kecuali sejumlah bantuan yang masuk ke selatan dari Mesir di perlintasan Rafah dan perlintasan Kerem Shalom milik Israel.

Meskipun ada seruan internasional untuk memperbolehkan masuk lebih banyak bantuan, jumlah truk pasokan jauh lebih sedikit dari 500 yang masuk setiap hari sebelum perang.

COGAT pada Rabu (28/2) berkilah Israel tidak memberlakukan batasan jumlah bantuan yang masuk, malah menyalahkan badan-badan PBB atas penumpukan bantuan, mengatakan ratusan truk menunggu di sisi Palestina di Kerem Shalom agar pekerja bantuan mengumpulkannya.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Rabu membantah, dengan mengatakan truk besar yang masuk Gaza harus dikosongkan dan dimuat ke truk kecil, tetapi tidak cukup truk dan keamanan yang kurang untuk mendistribusikan bantuan di Gaza.

Polisi yang dikelola oleh Hamas di Gaza berhenti melindungi konvoi setelah Israel menyerang mereka di dekat perlintasan.


 

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x