Kompas TV internasional kompas dunia

Moskow Rekrut 130.000 Tentara Siap Tempur, AS Ragu Rusia Mampu Bikin Serbuan Baru ke Ukraina

Kompas.tv - 30 Maret 2024, 13:35 WIB
moskow-rekrut-130-000-tentara-siap-tempur-as-ragu-rusia-mampu-bikin-serbuan-baru-ke-ukraina
Tentara Rusia. Moskow merekrut 130.000 prajurit wajib militer siap tempur dalam panggilan terbaru pada musim gugur lalu, kata Wakil Komandan Mobilisasi Utama Staf Umum Rusia, Vladimir Tsimlyansky, Jumat, 29/3/2024, sementara Amerika Serikat meragukan apakah Rusia mampu memulai operasi serangan besar baru di Ukraina. (Sumber: RIA Novosti)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

MOSKOW, KOMPAS.TV - Moskow merekrut 130.000 prajurit wajib militer siap tempur dalam panggilan terbaru pada musim gugur lalu, kata Wakil Komandan Mobilisasi Utama Staf Umum Rusia, Vladimir Tsimlyansky, Jumat, 29/3/2024, sementara Amerika Serikat meragukan apakah Rusia mampu memulai operasi serangan besar baru di Ukraina.

"130.000 prajurit wajib militer dipanggil untuk dinas militer di Angkatan Bersenjata, pasukan lainnya, dan formasi militer lainnya. Seperti sebelumnya, kampanye wajib militer memberikan perhatian khusus pada pengisian unit-unit ilmiah dan produksi ilmiah," ujarnya.

Panggilan musim gugur ini diorganisir dengan sangat efektif terutama di Republik Buryatia dan North Ossetia-Alania, wilayah Krasnoyarsk, Stavropol, Volgograd, Voronezh, Moskow, Rostov, Sakhalin, Samara, Chelyabinsk, dan kota Moskow, kata Tsimlyansky.

Semua warga yang dipanggil untuk dinas militer diberikan tunjangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat pengumpulan. Sekitar 200 penerbangan sipil, 14 penerbangan oleh pesawat militer, dan 10 kereta militer digunakan untuk mengirim prajurit wajib ke tempat dinas mereka.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat Pentagon hari Jumat, 29/3/2024 dilaporkan meragukan apakah Rusia mampu memulai operasi serangan besar baru di Ukraina, kata Kepala Staf Gabungan Marsekal Charles Brown, "Pertama, saya tidak tahu apakah Rusia dapat melakukan serangan besar," kata Brown.

Menurut pendapatnya, Rusia telah menghabiskan sumber daya yang signifikan pada operasi militer khusus di Ukraina tahun lalu.

Selain itu Brown melihat bahwa bahaya eskalasi di Ukraina tidak sebesar yang dulu, terkait rencana pengiriman rudal balistik ATACMS ke Kiev.

Baca Juga: Putin Sebut Rusia Berhak Serang Pangkalan Negara Barat yang Tampung F-16 untuk Ukraina

Petugas pertolongan darurat Ukraina di lokasi serangan udara Rusia di Khmelnytskyi, Ukraina, Jumat, 22 Maret 2024. Lebih dari 60 drone dan hampir 90 rudal ditembakkan malam itu, kata para pejabat Ukraina. (Sumber: AP Photo)

"Saya merasa bahwa risiko eskalasi tidak sebesar mungkin seperti pada awal prosesnya," kata Ketua Staf Gabungan Amerika Serikat, Charles Brown, dalam pertemuan dengan Kelompok Penulis Pertahanan yang TASS menjadi salah satu pihaknya. Dia mengomentari tentang isu potensi penyerahan rudal ATACMS dari AS ke Ukraina.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Alexander Syrsky, mengungkapkan Rusia memiliki kelebihan enam kali lipat dibandingkan dengan pasukan Ukraina dalam hal jumlah proyektil artileri yang digunakan di medan perang.

"Hingga beberapa hari lalu, keunggulan musuh dalam hal amunisi yang ditembakkan sekitar enam banding satu," ujar Jenderal Syrsky seperti dilansir oleh kantor berita Ukrinform.

Sehari sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan dalam wawancara dengan jaringan televisi AS CBS bahwa Kiev akan kalah dalam konflik jika tidak mendapatkan bantuan dari Washington, dan pasukan Ukraina hampir kehabisan peluru artileri.

Pada 17 Februari, Presiden Ceko Petr Pavel, dalam Konferensi Keamanan Munich, mengungkapkan negaranya telah mengidentifikasi kesempatan untuk membeli ratusan ribu peluru artileri untuk Ukraina dari negara ketiga jika tersedia dana untuk membayar inisiatif tersebut.

Kemudian, Perdana Menteri Ceko Petr Fiala menyatakan inisiatif tersebut didukung 18 negara Barat. Pembelian 300.000 peluru sudah dikonfirmasi, sementara sekitar 200.000 lagi telah dijanjikan.

Mengomentari inisiatif tersebut, Menlu Ukraina, Dmitry Kuleba, menegaskan jumlah amunisi tersebut tidaklah mencukupi.



Sumber : TASS



BERITA LAINNYA



Close Ads x