JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024 akan segera berlangsung dalam beberapa hari mendatang.
Dalam momen penting ini, warga AS berbondong-bondong menentukan pilihan untuk pemimpin mereka empat tahun ke depan pada 5 November 2024.
Namun, bagaimana sebenarnya sistem pemilu di AS? Berikut ulasan lengkapnya, termasuk siapa saja yang bisa memilih, bagaimana proses pemilihan berlangsung, dan kapan hasil pemilu akan diumumkan.
Dilansir dari Al Jazeera, warga negara yang berusia minimal 18 tahun dan telah terdaftar sebagai penduduk di negara bagian tempat mereka tinggal berhak memberikan suara dalam Pilpres AS.
Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan terkait hak pilih di antara negara bagian, terutama bagi individu dengan catatan kriminal.
Beberapa negara bagian memberlakukan pembatasan khusus hingga pencabutan hak pilih secara permanen bagi warga dengan catatan kriminal tertentu.
Tercatat, lebih dari 230 juta orang di AS memenuhi syarat untuk memilih, namun hanya sekitar 160 juta yang sudah terdaftar.
Dalam pemilu 2020 lalu, tingkat partisipasi pemilih mencapai 66 persen, angka tertinggi selama lebih dari satu abad terakhir.
Baca Juga: Antara Harris dan Trump di Pilpres AS, Mana yang Menguntungkan Rusia? Ini Respons Putin
Pemilu AS didominasi oleh dua partai besar, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik. Masing-masing partai ini memiliki proses pemilihan internal berupa pemilihan pendahuluan (primary) atau kaukus di tiap negara bagian untuk memilih calon presiden yang akan diusung.
Proses tersebut kemudian diakhiri dengan penobatan kandidat resmi di Konvensi Nasional Partai.
Di tahun 2024 ini, persaingan pemilu AS mempertemukan Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dengan mantan Presiden Partai Republik Donald Trump.
Pada awalnya, Presiden Joe Biden berencana mencalonkan diri kembali, namun ia memutuskan mundur pada bulan Juli lalu setelah debat yang kurang memuaskan dan menimbulkan keraguan atas kemampuannya menjalani periode kedua.
Selain dari dua partai besar, pemilu juga menghadirkan kandidat independen dan dari partai kecil, seperti Jill Stein dari Partai Hijau, Chase Oliver dari Partai Libertarian, dan akademisi anti-perang Cornel West.
Nantinya, setiap kandidat presiden memilih pasangan untuk posisi wakil presiden.
Harris menggandeng Gubernur Minnesota Tim Walz, sedangkan Trump memilih Senator Ohio JD Vance sebagai pasangan politiknya.
Pada 5 November 2024, warga AS akan memberikan suara mereka dalam pemilu nasional yang digelar setiap hari Selasa pertama bulan November.
Baca Juga: Jelang Pilpres AS: Pilihan Kontras antara Trump dan Harris di Seluruh Sektor Kebijakan
Namun, sebagian besar negara bagian memungkinkan pemilih untuk memberikan suara lebih awal, dan hingga kini lebih dari 52 juta suara telah tercatat.
Untuk memahami pemilu AS, penting untuk mengetahui mekanisme Electoral College. Berbeda dengan anggota Kongres yang dipilih langsung oleh rakyat, pemilihan presiden tidak dilakukan melalui suara populer nasional, melainkan melalui Electoral College.
Dalam sistem ini, setiap negara bagian memiliki sejumlah elector atau pemilih yang telah berjanji untuk memilih kandidat presiden tertentu sesuai hasil pemilu di negara bagian tersebut.
Jumlah suara yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi presiden adalah 270 suara elektoral dari total 538 suara yang tersedia.
Sistem ini memungkinkan kandidat yang kalah dalam suara populer untuk tetap memenangkan pemilu melalui Electoral College, seperti yang terjadi pada pemilu 2016 ketika Trump mengalahkan Hillary Clinton meskipun kalah hampir tiga juta suara nasional.
Dengan semakin dekatnya Hari Pemilihan, persaingan antara Harris dan Trump semakin ketat, terutama di negara-negara bagian dengan suara mengambang seperti Pennsylvania, Georgia, dan Arizona.
Berdasarkan data dari FiveThirtyEight, Harris saat ini unggul tipis dengan selisih 1,5 poin secara nasional.
Baca Juga: Pemimpin Michigan Nyatakan Dukungan untuk Trump, Marah pada Kebijakan Gaza Biden
Namun, Trump mulai mendekati angka tersebut. Dalam jajak pendapat lain dari Reuters/Ipsos, Harris unggul satu poin, tetapi masih dalam margin of error.
Dalam isu ekonomi dan imigrasi, Trump memiliki keunggulan, sementara Harris sedikit unggul pada isu ekstremisme politik yang semakin diminati pemilih.
Penentuan hasil pemilu pada malam pemilihan masih diragukan. Meski hasil bisa saja diumumkan malam itu, prosesnya mungkin membutuhkan waktu lebih lama mengingat tingginya jumlah surat suara via pos.
Proses penghitungan di negara bagian dengan margin tipis juga cenderung memakan waktu lebih lama.
Beberapa negara bagian bahkan mengizinkan surat suara yang berstempel pada Hari Pemilihan untuk dihitung meski baru tiba beberapa hari setelahnya.
Jika hasil pemilu menunjukkan kemenangan yang tipis, Trump kemungkinan akan mempertanyakan keabsahan hasil, seperti yang terjadi pada pemilu 2020 lalu.
Jika tidak ada kandidat yang meraih minimal 270 suara elektoral, pemilihan presiden akan dilakukan melalui prosedur yang disebut “contingent election.”
Baca Juga: Jelang Pilpres AS: Pilihan Kontras antara Trump dan Harris di Seluruh Sektor Kebijakan
Dalam situasi ini, Dewan Perwakilan Rakyat AS akan memilih presiden dengan setiap negara bagian memiliki satu suara, sementara Senat memilih wakil presiden.
Proses ini terakhir kali terjadi pada 1824 ketika John Quincy Adams terpilih oleh DPR setelah gagal mencapai mayoritas di Electoral College meskipun unggul dalam suara populer.
Beberapa tanggal penting dalam proses pemilu AS 2024 meliputi:
Baca Juga: Trump Ungkap Kim Jong-Un Bukan Musuh AS Paling Berbahaya, tapi Sebut Sosok-Sosok Ini
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.