WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyalahkan pemerintah Ukraina atas terjadinya invasi Rusia yang berlangsung sejak Februari 2022 lalu.
Hal ini disampaikan Trump usai delegasi AS bertemu delegasi Rusia di Arab Saudi, Selasa (18/2/2025) terkait hubungan kedua negara dan perang Ukraina.
Suksesor Joe Biden itu menepis protes Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy karena tidak dilibatkan dalam perundingan.
Menurutnya, Zelenskyy bersalah karena tidak segera mencapai kesepakatan dengan agresor.
"Saya kira saya punya kekuatan untuk mengakhiri perang ini dan saya kira ini akan berjalan baik. Namun hari ini, saya dengar (prote), 'Oh, kami tidak diundang.' Ya, Anda di sana selama tiga tahun. Anda bisa mengakhirinya," kata Trump dalam konferensi pers di Florida, Selasa (18/2).
"Anda seharusnya tidak memulai ini. Anda bisa bersepakat. Saya bisa membuahkan kesepakatan untuk Ukraina," imbuhnya.
Baca Juga: Jenderal Ukraina Khawatir Bantuan Militer AS Disetop: tanpa Washington, Kami Hanya Bertahan 6 Bulan
Trump mengaku optimistis perjanjian damai bisa dicapai di Ukraina usai pertemuan Menlu AS Marco Rubio dan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Riyadh.
Kedua menlu tersebut dilaporkan telah menyepakati pembentukan tim untuk menyelesaikan perang Rusia di Ukraina.
Politikus Partai Republikan itu menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menghentikan perang. Trump pun mengaku akan bertemu Putin kemungkinan pada bulan ini.
"Mereka (Rusia) sangat baik. Rusia ingin melakukan sesuatu. Mereka ingin menghentikan barbarisme bengis ini," kata Trump dikutip Al Jazeera.
Lebih lanjut, Trump mendorong pemilu dilakukan di Ukraina untuk menggantikan Zelenskyy.
Presiden itu mengklaim tanpa bukti bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Zelenskyy hanya mencapai 4 persen.
Menurut survei terkini, Institut Internasional Sosiologi Kiev pada Desember 2024, tingkat kepuasan publik terhadap Zelenskyy sebesar 52 persen, turun dari periode sebelumnya.
Sebelumnya, Volodymyr Zelenskyy menegaskan pihaknya tidak akan menerima kesepakatan yang tidak melibatkan Ukraina.
Zelenskyy mengaku waspada agar AS dan Rusia tidak menjalin kesepakatan dengan memunggungi Ukraina.
"Tidak ada kesepakatan yang bisa dibuat tanpa Ukraina tentang bagaimana mengakhiri perang di Ukraina," kata Zelenskyy saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (18/2).
Baca Juga: Media Asing Soroti Ribuan WNI Terancam Dideportasi dari AS karena Kebijakan Trump, Ungkap 2 Ditahan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.