JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno telah menemukan solusi untuk permasalahan lokasi pembuangan sedimen lumpur hasil pengerukan sungai dan waduk di Jakarta.
Sempat mengaku kebingungan, Rano kini menyatakan bahwa sedimen lumpur tersebut akan dibuang ke lokasi pembuangan (dumping site) di kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
"Sebetulnya sudah ada, kan di Ancol ada tempat reklamasi, ada sebetulnya," ucap Rano di Balai Kota Jakarta, Senin (24/2/2025) dikutip dari Kompas.com.
Pengecualian diberlakukan untuk sedimen lumpur yang berasal dari Waduk Pluit, Jakarta Utara. Menurut Rano, lumpur dari wilayah tersebut kemungkinan besar akan dibuang di sekitar area Pluit sendiri, sementara sedimen dari wilayah lainnya atau 17 sungai Jakarta akan dialihkan ke Ancol.
Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Pangkas Jam Efektif Pembelajaran di Sekolah selama Ramadan 2025
"Jadi artinya kalau kemarin yang di Pluit (sedimen) mungkin itu (dibuang) di sekitar, tapi wilayah lain semua akan dibuang di Ancol," jelasnya.
Pernyataan ini hadir setelah Rano mengungkapkan kebingungannya dalam menentukan lokasi pembuangan sedimen hasil pengerukan 17 sungai Jakarta.
Persoalan tersebut muncul menjelang program pengerukan sungai dan waduk yang dijadwalkan akan dimulai pada Agustus 2025.
"(Target) 1 juta meter kubik, sekarang tinggal kita buang ke mana ini?" kata Rano saat meninjau kesiapan pengerukan sungai di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Minggu (23/2).
Rano menjelaskan bahwa pembuangan sedimen lumpur hasil pengerukan tidak dapat dilakukan sembarangan.
Baca Juga: Korban Selamat Ceritakan Detik-Detik Truk Terjun ke Sungai Seganti di Riau: Anak-Istri Tak Selamat
"Ya, itulah dilematisnya Jakarta. Itu harus dicarikan jalan, enggak bisa didiamkan begitu saja," ujarnya.
Program pengerukan ini merupakan salah satu solusi sementara dari pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno, untuk mengatasi permasalahan banjir di Jakarta.
Langkah ini dinilai penting mengingat kondisi sungai dan waduk di Jakarta yang sudah tidak mampu menampung debit air akibat tingginya tingkat sedimentasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.