Kompas TV religi khazanah

Cerita Ramadan: Menguatkan Sifat Qanaah, Senantiasa Merasa Cukup Tak Kurang Rasa Syukur

Kompas.tv - 5 Maret 2025, 06:05 WIB
cerita-ramadan-menguatkan-sifat-qanaah-senantiasa-merasa-cukup-tak-kurang-rasa-syukur
Ilustrasi semangat di tempat kerja. (Sumber: Tirachardz on Freepik)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV- Di tengah gaya hidup masyarakat yang sering memamerkan harta dan mengagungkan konsumtivisme, ajaran Islam mengajarkan sifat qanaah.

Nasaruddin Umar dalam bukunya Menjalani Hidup Salikin (penerbit Grasindo) menuliskan, qanaah adalah rela menerima jatah pembagian. "Qanaah adalah merasa tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa ada, merasa cukup dengan yang sedikit."

Namun, apakah itu sikap yang mudah?

"Merasa cukup terhadap apa yang ada pada diri kita enak diucapkan dan enak didengarkan, tetapi amat sulit diwujudkan dan dipertahankan," lanjut Menteri Agama itu.

Sebagai ilustrasi, ada seorang yang kehausan, lantas diberi air setengah gelas. Orang itu bisa jadi merasa terhina karena air itu tidak sanggup membasahi tenggorokannya dan menghilangkan dahaga.

Namun, ada juga orang yang kehausan yang sama, dan saat diberi air setengah gelas justru bersyukur meski tidak menghilangkan dahaga. Tapi dia merasa dahaganya terobati. Orang yang terakhir ini berangkat dari persepsi positif, sedangkan orang yang pertama berangkat dari persepsi negatif.

Baca Juga: Lyodra dan Randy Martin Bahagia Bisa Rayakan Natal Bersama sebagai Kekasih

Orang yang berangkat dari pikiran positif di tengah keterbatasan rezekinya, masuk dalam kategori qanaah. Orang yang qanaah merasa hidupnya kaya. Seperti sabda Nabi Muhammad: "Kalian harus qanaah sebab qanaah merupakan harta yang tak pernah habis." (Hadits Riwayat ath-Thabrani).

Karena itu, kata Nasaruddin, qanaah seharusnya menjadi akhlak di tengah masyarakat. Jika sedikit di tengah masyarakat yang punya sikap qanaah, maka akan menimbulkan banyak penyakit hati, tidak pandai bersyukur, tidak rida dengan rezeki yang ada. Masyarakat seperti ini hatinya tidak akan tenang, sehingga jauh dari kebahagiaan.

Dalam hadis lain disebutkan, "Ridailah apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling kaya." (HR at-Turmudzi).

Para ahli hikmah berkata, "Barangsiapa yang tebal qanaahnya, maka setiap bulu yang ada di tubuhnya akan merasakan kebahagiaan."

Sebagian ulama membagi sifat qanaah menjadi tiga. Pertama, mengambil dari dunia apa yang cukup untuk kebutuhannya saja tanpa mau mencari yang lebih dari itu. Kedua, mencari kecukupan dalam hidup ini dan apabila ada lebihnya maka disedekahkan kepada yang membutuhkan. Ketiga, merasa cukup dengan yang sudah dianugerahkan, meskipun tekadang banyak. Tetapi dia juga tidak mempersulit diri mencari apa yang tidak dimilikinya.

Baca Juga: Riset Monash University: Pada Masa Mudik Lebaran 2024 Emosi Bahagia Paling Banyak Diekspresikan di X

Berpijak dari penjelasan Nasaruddin Umar itu, bila para pejabat banyak memegang sikap qanaah, sangat mungkin tidak ada yang mau korupsi. Sebab, dia merasa rezeki yang diberikan Allah sudah cukup sehingga tidak akan mencari yang bukan haknya. Begitu pula dengan masyarakat, bila banyak yang memegang sifat qanaah, bisa jadi akan mengurangi sifat serakah dan mementingkan diri sendiri. Inilah masyarakat yang bahagia.          


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x