RABAT, KOMPAS.TV – Jumlah korban tewas akibat gempa bumi bermagnitudo (M) 6,8 di Maroko, Jumat lalu, meningkat hingga mencapai hampir tiga ribu orang.
Menurut pihak Kementerian Dalam Negeri Maroko, Rabu (13/9/2023), jumlah korban tewas mencapai 2.901 orang, dan 5.530 lainnya terluka.
Gempa itu juga disebut paling mematikan di negara itu sejak tahun 1960 dan yang paling kuat sejak tahun 1900.
Mengutip pemberitaan Al Jazeera, ruas jalan yang tertutup menghambat akses ke daerah-daerah yang paling parah terdampak gempa, yaitu di desa-desa terpencil dan pegunungan.
Kendaraan-kendaraan yang memuat perbekalan melintasi jalan pegunungan yang berkelok-kelok untuk mengantarkan makanan dan tenda yang sangat dibutuhkan bagi para korban yang selamat.
Tim pencari pun masih berada di sejumlah titik untuk mencari korban yang masih hidup.
Stefanie Dekker dari Al Jazeera yang melaporkan dari Desa Imi N’Tala, mengatakan situasinya mengerikan.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 7 Guncang Maroko, Tewaskan Lebih dari 2.000 Orang Sisakan Trauma bagi Warga
“Desa ini rata dengan tanah dan hancur. Bau kematian ada di mana-mana. Setidaknya masih ada 40 jenazah di bawah reruntuhan,” kata Dekker.
Menurutnya, material dari longsoran menghantam desa-desa ini, mengakibatkan banyak keluarga terdampak.
“Seseorang menunjuk ke rumahnya. Ada sebuah pintu putih yang masih berdiri, dan dia memberi tahu kami bahwa itu adalah pintu rumahnya.”
Pria itu kemudian menangis saat menceritakan bagaimana dia berlari keluar pintu dan banyak barang yang berjatuhan.
“Dia kehilangan putra dan istrinya. Ia menjerit karena melihat Abaya istrinya tertimbun reruntuhan. Sungguh memilukan,” tambahnya.
“Masalahnya adalah akses ke tempat-tempat tersebut. Ada jalan sempit dan berkelok-kelok. Masih banyak tempat yang belum bisa mereka jangkau.”
Sejauh ini, tim pencarian dan penyelamatan dari Qatar, Inggris, Spanyol dan Uni Emirat Arab telah berada di lapangan bersama tim darurat Maroko, militer dan pejabat lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat juga telah mengirimkan tim ahli bencana dan keadaan darurat untuk membantu.
Sementara, Abdel Wahed Chafiki, Kepala Distrik Menara di Marrakesh, mengatakan masih sulit menentukan jumlah total korban.
Dia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa lokasi pegunungan yang terjal menyebabkan upaya mencapai korban menjadi sulit.
Namun, dia menekankan bahwa pihak berwenang setempat terus melanjutkan upaya bantuan dan memberikan bantuan.
Errachid Montassir, seorang aktivis dan pekerja kemanusiaan, mengaku telah mendatangi desa-desa terpencil di Pegunungan Atlas bersama dokter.
Menurutnya, mereka membutuhkan waktu lima jam untuk mencapai Kota Ijjoukak karena akses jalan yang tertutup.
“Ini sebuah bencana dan juga kejutan melihat orang-orang masih berada di bawah reruntuhan di sana,” katanya.
Baca Juga: JK Sampaikan Duka Cita Untuk Korban Gempa Maroko
“Tentara sedang melakukan tugasnya untuk mengeluarkan orang-orang ini dari dalam tanah, namun sangat, sangat sulit untuk mencapai tempat-tempat ini, jadi Anda dapat membayangkan bahwa tidak ada makanan, tetapi juga tidak ada selimut atau tempat tidur yang dapat menampung orang-orang tersebut."
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.