JAKARTA, KOMPAS.TV – Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu membeberkan penyebab tingginya antusiasme masyarakat dalam mengikuti Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berdasarkan hasil jajak pendapat Litbang Kompas.
Yoha membenarkan bahwa antusiasme responden untuk menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2024 sangat tinggi.
“Antusiasme masyarakat di survei kita itu memang tinggi ya, untuk kemudian akan menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2024, di hari Rabu besok,” kata Yohan dalam dialog Kompas Siang, Kompas TV, Senin (12/2/2024).
“Antusiasme ini bisa dibaca dengan dua hal. Pertama, memang pemberitaan tentang pemilu itu hampir sekitar 75 hari terakhir ini kan memberitakan tentang panggung kampanye ya.”
Menurutnya, pemberitaan atau informai tentang kampanye tersebut tidak hanya di media mainstream, tetapi juga di sosial media.
“Bagaimana kemudian konten-konten pemilu itu cukup tinggi ratingnya, tingkat minatnya orang kemuian mengikuti pemberitaan pemilu,” tuturnya.
Baca Juga: Proses Litbang Kompas Uji Coba Aplikasi Hitung Cepat Pemilu 2024, Demi Data Terpercaya
“Kedua, tentu tentang bagaimana fenomena pemilih mula cukup antusias akan menggunakan hak pilihnya di pemilu Rabu besok. “
Penggunaan media sosial yang cukup masif di kalangan pemilih mula, lanjut Yohan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya antusiasme mereka.
“Ada beberapa hal yang misalnya terkait habit media, tentang bagaimana penggunaan media sosial cukup massif, terutama di kalangan pemilih mula.”
“Di survei Kompas memang menemukan rata-rata di kelompok usia, baik itu pemilih mula dalam hal ini generasi Z, kemudian generasi di atasnya, generasi Y, dan generasi X, itu memang rata-rata di atas 85 peren antusiasmenya,” kata Yohan.
Selain itu, lanjut Yohan, Pemilu 2024 merupakan pemilu ketiga pemilihan presiden yang tidak diikuti oleh petahana presiden.
Artinya, kata Yohan, memang menyebabkan orang lebih banyak penasaran.
Menjawab pertanyaan tentang apakah antusiasme dan tingkat penasaran yang tinggi itu disebabkan oleh keberhasilan penyelenggara pemilu dalam sosialisasi atau masyarakat yang mencari informasi sendiri, Yohan mengatakan sosialisasi merupakan tanggung jawab bersama.
“Tugas sosialisasi itu selain dilakukan oleh penyelenggara pemilu ya, dalam hal ini KPU dan Bawaslu, itu juga menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder, terutama bagi kontestan, sosialisasi pemilu menjadi tanggung jawab bersama.”
“Tapi memang pemilu yang digelar di era digital, era masyarakat yang emakin digital, ini karena banyak perangkat media yang bisa dioptimalkan untuk melakukan atau mensupport sosialisasi ini, sehingga kemudian engagement orang terhadap agenda pemilu ini relatif menyebar,” bebernya.
Penetrasi internet yang relatif merata di kelompok rural maupun urban, kata dia, juga berpengaruh terhadap sosialisasi.
“Tahun 2019 itu penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU memang menargetkan partiipasi di angka 75,5, tapi kan itu melampaui target dengan tadi data yang ditampilkan 80 persen. Artinya target pemilu naik ya, dari 75 menjadi 2024 ini 79 persen.”
“Kalau dikaitkan apa yang diraih partisipasi 2019, target 2024 ini memang menurun tapi kalau kita bandingkan antartarget dengan Pemilu 2019 memang ada kenaikan dua sampai tga persenm” tambahnya.
Mengenai kecenderungan penggunaan media sosial oleh masyarakat, Yohan menyebut bahwa kelompok Generasi Z merupakan kelompok tertinggi pengguna media sosial.
“Kalau merujuk survei Kompas yang pernah menggarap pertanyaan-pertanyan seputar penggunan sosial media atau social habit, pengguna sosial media itu paling tinggi di kelompok Generasi Z atau pemilih mula.”
Kata dia, rata-rata setiap hari ada 40 persen responden yang mengaku lebih dari 6 jam menggunakan media sosial.
“Artinya apa? Penetrasi media, terutama media sosial yang kemudian menjadi media bagi stakeholer untuk menyampaikan isu terkait pemilu itu lebih cepat dan optimal sampai di kalangan generasi muda, Gen Z dalam hal ini.”
Baca Juga: Hitung Hari Jelang Pemilu 2024, Pemilih Diimbau Cek Kembali Link Ini di cekdptonline.kpu.go.id
Mengutip pemberitaan Kompas.id, Senin (12/2/2024), berdasarkan hasil jajak pendapat Kompas diketahui mayoritas pemilih pada Pemilu 2024 diperkirakan antusias menggunakan hak pilihnya.
Hasil jajak pendapat Kompas pada 29 Januari-2 Februari 2024 menyebutkan, 96,4 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya.
Sisanya, 2,5 persen, mengaku enggan menggunakan hak pilihnya dan hanya 1,1 persen responden yang masih belum menentukan pilihan.
Jajak pendapat ini dilakukan melalui telepon terhadap 510 responden dari 34 provinsi yang dipilih secara acak. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian +/- 4,35 persen. Jajak pendapat itu sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas.
Berdasarkan latar belakang usia responden, antusiasme lebih besar ditunjukkan oleh kelompok pemilih yang berusia lebih dari 25 tahun.
Sebanyak 98,5 persen menyatakan pasti akan menggunakan hak pilihnya. Adapun kelompok usia di bawahnya, 17-24 tahun, 87,6 persen menyatakan hal serupa.
Sebagai catatan, tingkat partisipasi pemilih pada Pemilihan Legislatif 2019 sebesar 81,7 persen, sedangkan pada Pemilihan Presiden 2019 sebanyak 81,9 persen.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.